Kamis, 15 Agustus 2013

IKHTIAR CINTA

1. Cinta Bersabarlah

Begitu lama aku mencoba
Dan sampai kini tak berdaya
Oh rasa cinta bersabarlah menantinya
Walau tak ku punya Tapi ku percaya cinta itu indah
Walau tak terlihat Tapi ku percaya cinta itu indah
Oh rasa cinta bersabarlah menantinya

Ahhh, Indah sekali penggalan lyric lagu itu, senandung mesra yang selalu elok untuk didendangkan dan selalu menentramkan saat didengarkan. Lyric lagu kreatif yang dipopulerkan oleh Band Letto ini cukup mewakili sapaan lirih kalbuku. Yaa, sudah lama aku berusaha, semaksimal mungkin untuk mencoba, ingin sekedar ku gapai hati itu, hatimu yang serasa tulus, suci dan utuh, Bahkan bagi siapapun tak mudah singgah dan sesekali berteduh dibawah ranum kalbumu, kecuali bagi yang engkau perkenankan hadir menemui kesejatian dirimu. Sesekali aku masih mencoba, tapi apa daya diri tak kuasa melawan resistensi kejujuran hatimu. Kesabaranku memuncak, dan baru kusadari bahwa puncak dari sebuah kesabaran adalah menuju kepada kesabaran yang lebih sejati. Kesadaranku terhenyak, normalitas pikiranku tersentak melihat parasmu yang mengoyak. Sifatmu melenakan batinku, musikalitas sikapmu mengantarkan jiwaku semakin terpana, irama kepribadianmu tak jarang membuncahkan lamunanku, Lebaaaaay banget, yaaaa lebay uraian ini se-lebay jujurnya perasaanku pada dirimu. Saat dulu bahkan mungkin sampai saat ini pun “belum aku punya” cinta itu, tapi sungguh aku tetap percaya bahwa cinta yang kau bawa begitu indah, meski belum sampai terlihat, tapi masih saja dibuat gila aku mempercayainya. Aaah biarlah, entah meski sampai waktu berapa lama, yang jelas sudah aku perintahkan pada hati ku sendiri, untuk tetap tegar dan bersabar, juga sudah aku beri mandataris kepada hati ini agar senantiasa tetap bersandar pada sebuah kepasrahan dan penantian. Yaa kalaupun memang kelak kenyataan yang muncul tidak sesuai seperti yang diusahakan, pertama setidaknya peristiwa tersebut bisa menjadi ilmu, karena pelajaran terbaik / ilmu paling berkesan adalah yang dilahirkan dari sebuah pengalaman.

Bolehlah ini dikatakan sebagai curahan hati meski sekedar “mengagumi”, kalau belum bisa disebut “mencintai”. Entah dimensi ruh sebelah mana yang sering menggetarkan nyaliku, tak tau apa nama perasaan itu, banyak anak muda menyebutnya “Cinta”. Aku juga masih bingung dibuatnya, entahlah, Kata orang, cinta karenaketampanan/kecantikan sejatinya itu bukan cinta tapi nafsu, Mencintai karena kekayaan, sejatinya bukan cinta tapi materialistik, Mencintai karena kelihaian seseorang, sejatinya bukan cinta tapi kagum, tapi bagaimanapun kata orang terkait hal itu, yang jelas diam-diam aku menyimpan sebuah rasa yang entah apa namanya, tatkala disebut namamu gemetar aku dibuatnya. Dan aku pastikan, bahwa aku membutuhkan Cantik, Kaya dan lihaimu, cantiknya hatimu untuk melengkapi buruknya hatiku, yang aku butuhkan kekayaan batinmu untuk mensejahterakan miskinnya batinku, kubutuhkan keliahaian cara berfikirmu untuk membetulkan cara pandang ku yang mungkin banyak keliru, kesemuanya itu aku sampaikan, supaya suatu saat kita bisa menemukan irama strategis untuk bisa berjalan secara harmonis, meski keinginan itu sekedar ilusi tak logis. Gila pikiranku, stress logikaku, lelah batinku, terkulai hatiku saat sang waktu kembali mengajak bersimfoni menemui dirimu. Terlalu sulit membayangkan dirimu, suliiiiiiiiit sekali membayangkanmu, karena kau bukan bayangan, tapi kau kenyataan, kau begitu nyata mengusik relung batinku. Hufth andai kau tau, kala itu sungguh nafasku tersenggal-senggal Sedikit tersiksa, meronta-ronta tak berdaya.

Minggu, 30 Juni 2013

KU KIRIM DOA CINTAKU LEWAT KEAGUNGAN NAMA-MU

Yaa Rabb, 
Mungkin saat ini jarak yang membentangkan antara aku dan entah siapa "dia", tapi dengan Maha Suci Cintamu, kelak akan Kau jadikan kami mendekat satu sama lain, 

Yaa Rahman Yaa Rohiim, 
Kami menyadari, karena cinta, hakikat jauh dekat bukan saja karena sebuah jarak, tapi tentang sebuah kesabaran, 

Yaa Bashiir, 
Tak benar jika cintaku pada ciptaanmu, 
Melibihi cintaku pada-Mu & cintaku pada Rasul Utusanmu 
Karena, Engkau pun tahu, 
Yang kumaksud adalah cinta dalam dimensi Makhluk, bahkan cinta ini berada satu tingkat dibawah mesranya cintaku pada keluargaku, 

Yaa Lathief, 
Barangkali kau hadirkan ujian yang kasar, terjal dan berat 
Tapi ku yakin, Di depan Kau pertemukan dengan jalan yang mudah untuk ku lewat, 

Yaa Muqolibal Qolb, 
Engkaulah yang membolak-balikkan hati 
Engkaulah sang pemilik cinta sejati 
Tak layak aku mengaku-ngakui perasaanku ini 
Tanpa sedikitpun “keridhoan" yang kau beri 

Jumat, 31 Mei 2013

MENGILHAMI "KEHILANGAN"

Ini case yang baru-baru ini saya alami. Pertama sebuah motor milik seorang kawan yang hilang di rumah kos di kota palembang, dan yang kedua laptop milik saya dan dompet seorang kawan yang dicuri dalam waktu yang bersamaan di rumah kos dikota jakarta. Kata kerja nya sama, dengan objek, keterangan waktu, dan tempat yang berbeda. Sebelum saya lanjutkan dengan pemaparan berdasarkan sudut pandang, arah pandang, dan cara pandang yang saya punyai, ada rangkaian kalimat yang pernah dituturkan oleh Seorang Guru, beliau banyak mengajarkan kontempelasi pemikiran kepada para muridnya, kawannya dan jamaah diskusinya, beliau Emha 'ainun Nadjib, atau yang kerap dan akrab dipanggil cak nun, beliau mengatakan sbb:


"Untuk mencuri ternyata saya memerlukan tiga hal:
Pertama, sesuatu yang saya curi.
Kedua, saya memerlukan peluang waktu untuk melakukan pencurian.
Dan ketiga, saya membutuhkan suatu tempat untuk menyembunyikan sesuatu itu sesudah saya pindahkan dari tempatnya yang semula.
Jadi, dengan sekali mencuri, dosa atau kesalahan saya akan bertumpuk-tumpuk.
SESUATU yang saya curi itu sudah pasti bukan milik saya.
WAKTU yang saya pakai untuk mencuri pun bukan milik saya.
Dan seandainya pihak yg berhak atas WAKTU meminjamkannya kepada saya, maka pasti ia tidak akan mengizinkan WAKTU saya pakai untuk mencuri.
Begitu juga TEMPAT yang saya gunakan untuk menyembunyikan barang curian itu jelas bukan milik saya pula.
Sebab saya tidak pernah bisa menciptakan ruang, tanah, dunia, alam atau apapun saja, sehingga bagaimana mungkin saya pernah benar-benar punya hak atas suatu tempat.
Belum lagi kalau saya hitung bahwa tangan, kaki, otak, mata, telinga, darah, tenaga dan lain sebagainya_yang semua saya kerahkan untuk melakukan pencurian, ternyata juga sama sekali bukan milik saya.
Jadi, sekali mencuri, langsung saya dapatkan puluhan kesalahan, atau bahkan mungkin ribuan dosa”, -Cak Nun-".


Dari sini mari kita bersama-sama mempelajari. Mungkin bukan hanya saya dan teman saya, tapi juga anda, keluarga, serta saudara anda pun pernah mengalami hal serupa. Kehilangan sesuatu yang berharga, Berharga dari segi materiil, berharga karena substansi kenangan yang tertempel didalamnya, berharga karena menyangkut aktifitas anda, berharga karena berisi document project pekerjaan yang saat ini sedang anda jalankan, atau berharga karena secara fungsinya, dsb. Kadangkala orang yang kehilangan laptop lebih menderita dibandingkan dengan orang yang kehilangan motor misalnya. Penderitaan yang tercermin bukan karena harga laptop tersebut, tapi lebih karena dokumen dan file yang tersimpan didalamnya bernilai sekian lipat dari harga motor. Itulah sebabnya, nilai suatu benda bukan saja dilihat dari harganya. Lantas bagaimana reflek kita dalam merespon kejadian tersebut? Seringkali kita sedih, tentusaja, marah, wajar, tak jarang kita histeris, manusiawi, menggerutu tak henti-henti, yaa bisa dipahami, menyumpah, melaknat, mengutuk si pencuri, yaa sangat normal. Lantas kalau boleh pertanyaan tersebut saya lanjutkan, bagaimana perasaan setelah itu?

Senin, 27 Mei 2013

Belajar "Nyunggi"


Sore itu, entah hari apa dan tanggal berapa tepatnya, aku sudah lupa, yang jelas saat itu bulan januari, Bulan dimana aku dipertemukan dengan seorang nenek tua, dengan semangat memanggul tumpukan kardus yang diletakkan diatas kepala, ia tumpu kan kardus ditempat yang sejatinya bukan tumpuan seharusnya. Perlu aku informasikan bahwa tulisan jalanan kali ini terinspirasi dari seorang wanita pemungut kardus, yang telah mengajarkan sebuah tanggungjawab yang tak pernah pupus.

Yaa beliau seorang wanita, ia seorang ibu yang kuat, bahkan mungkin seorang nenek yang tegar, raut wajahnya terlihat menua meski tak cukup renta. Dengan sisa energi yang ada, ia berjalan melewati portal perumahan. Tetap saja bekerja sekuat tenaga meski dunia pongah terhadap keberadaannya, raut pipinya menggambarkan ia bukanlah seorang yang cengeng terhadap keadaan yang dihadapinya. Tegak jalannya, mantap tatap pandangnya. Meski berat pikulannya tetap saja ketabahan yang ia pancarkan. Meski berat ikatan kardus yang dibawanya, ia tidak mau terlena, terlihat jelas dari bibir keriputnya. Setengah siang ia berjalan sambil sesekali menyeka keringat, menghindari panas kota surabaya dibawah lindungan rerumbutan pohon yang berjajar di tengah perumahan yang agak megah. Langkah demi langkah, sesekali berhenti menghirup lebih dalam udara disekelilingnya.

Dengan beberapa ikat kardus yang di "sunggi" diatas kepala, ia acuh terhadap keluh dan kesah, cukup mesra dengan aktifitasnya, meski terlihat sedikit memaksa. Baginya, yang terpenting terus "nyunggi", terus "mengemban", lingkungan tidak memberikan jaminan apa-apa kecuali dirinya sendiri yang menciptakan peluang.

Kamis, 23 Mei 2013

BOCAH PENGAMEN BERSAUDARA

Udara sore itu lumayan sejuk, hujan yang satu jam lalu mengunjungi kota ini (sensor, hhehe), masih meninggalkan pesan sejuk untuk dapat dihirup. Udara sore ini benar-benar bersahabat, rasanya ingin cepat-cepat balik ke kos sekedar melepas penat hari itu. Satu hal yang membuat langkah kaki semakin berat diayunkan, karena perut ini sudah mulai bernyanyi lagu sendu, pertanda aku harus terlebih dahulu memenuhi undangan perut yang semakin lesu.

Ku tinggalkan beberapa pekerjaan yang sedikit belum kelar aku kerjakan, meskipun jadwal pulang kantor sudah lewat beberapa jam. Sudahlah, ku coba menjaga metabolisme asupan tubuh biar berjalan lebih teratur. Ku coba keluar dari ruangan kantor menuju pinggir jalan raya, sembari berharap ada orang jualan yang lewat didepan kantor. Kali aja ada tukang nasi goreng yang berseliweran kayak disurabaya. Agak lama aku menunggu nampaknya belum ada perjodohan yang dipertemukan dengan perut yang semakin keroncongan ini. Saat masih asyik berdiri diatas alas ketidakpastian, seorang kawan berteriak dari belakang mengagetkan lamunan ku menunggu abang tukang nasi.

"Ngapain lu brey,?" Tanyanya,

"Cari makan jeh, perut laper nih", jawab ku sambil meringis,

"Yaelah, jangan ditunggu bro, gak bakal ada yang lewat, udah kita cari makan diluar aja", timpalnya.

"Bolehlah, kita cari makan diluar, mau cari apa?" Kejar ku,

"Dingin gini, makan nasi sup ceker pedes manteb nih bro,".

"Cocok bro, lanjuuut," jawab ku gak pakai lama.

Minggu, 19 Mei 2013

BAHAGIA ITU???

Gembira, senang dan bahagia, 3 kata yang mungkin setiap orang memiliki penafsiran makna yang berbeda-beda. Sampai saat ini, sampai kalimat ini aku tulis, aku belum menemukan definisi dari ke 3 kata tersebut, sama halnya aku juga kesulitan mendefinisikan kata suka, kagum, sayang dan cinta. Yang aku yakini, definisi paling benar adalah yang berada dalam hati masing-masing orang. Setiap orang pastinya memiliki parameter yang tidak sama, pun untuk mewujudkan perasaan tersebut, setiap individu tidak serupa. Ada yang gembira saat mereka telah diwisuda, ada yang merasa senang karena orang yang dia cintai telah datang, ada yang bahagia saat apa yang menjadi keinginannya dapat terwujud dengan mudah dll dsb. Ada yang output dari kegembiraannya dia tertawa dengan lepas. Dan itu semua masih sah dan tidak ada pasal yang melarang tindakan tersebut. Kebahagiaan dan kegembiraan yang ia pancarkan tergantung momen yang ia rasakan.

Ada satu cerita terkait penilaian orang terhadap kata "bahagia" itu. Beberapa minggu lalu, saat baru saja aku menginjakkan kaki di salah satu kota di Sumatera Selatan (kota terjauh yang pernah aku singgahi), aku mendapat beberapa tawaran dari teman-teman untuk mencari "kebahagiaan" yang mereka perhalus dengan istilah "refreshing". Beberapa kawan mengatakan dipalembang tidak seperti di pulau jawa, surabaya, atau jakarta misalnya. Disini hanya ada 4 mall (kalau gak salah), dan dari sekian mall hanya ada 1 bioskop disalah satu mall itu. Saat beberapa minggu awal khususnya weekend sering aku mengikuti teman-teman ke mall, meski untuk sekedar makan, nongkrong dan nonton, bagi mereka "inilah satu-satunya tempat untuk melepas penat, satu-satunya tempat dari seluas tempat yang bisa bikin mata menjadi segar, yang bikin bibir tersenyum lebar, hanya itu dan hampir tiap minggu tempat inilah yang mereka tuju, woooow!!!"

Sabtu, 18 Mei 2013

RENUNGAN JALANAN

Aku terpesona, hatiku terkesima, mataku terpana, ketika harus menyaksikan ketabahan manusia dengan segala keterbatasannya, menghadapi dinginnya malam kota Surabaya.


Malam itu, 00.30 WIB, malam penghubung antar bulan (Juni-Juli), batas akhir bulan juni dan penanda awal juli, aku melakukan perjalanan. Perjalanan yang memang aku sengaja adanya. Dinginnya malam kota surabaya mulai menerobos masuk kedalam tulang sum-sum, melewati batas tebal jaket yang aku kenakan. Biar saja suhu yang dingin ini mengalihkan kesunyian batin dan fikiranku. Ku pacu saja Jupiter Z melawan udara malam. Aku sudah ada niatan melakukan apa, tapi belum ada niatan mau kemana. Tetap saja ku pacu motorku menyusuri tepian surabaya. Ada dua pemandangan yang terlihat sangat bertolak belakang, disaat aku melewati tengah kota, satu kutub menampilkan “kebahagian semu”, para muda-mudi yang menikmati malam, sekumpulan group motor yang berjajar memamerkan keindahan motornya, club malam bergemuruh berpacu dengan lentikan suara karaoke, mereka menghabiskan malam, meluapkan kejenuhan dengan mencari kebahagiaannya masing-masing. Satu kutub yang lain menampilkan magnet yang berbeda, mereka yang berada dipinggiran jalan, bergerombol dan hanya mampu memamerkan keindahan becak dan gerobaknya, seorang wanita paruh baya tetap setia terjaga didalam lapak dagangannya. Apa mungkin setiap hari mereka menghabiskan malam diatas becaknya, terlelap ditimang mimpi. Mereka tertidur nyenyak dengan “ac” alami yang mereka andalkan. Mereka berbaring seperti itu sepanjang sisa malam, menanti cahaya fajar yang membelah keheningan rembulan. Mungkin kesederhanaan becak dan lapak itulah, satu-satunya tempat curhat dan memelihara harapan. Ku susuri juga beberapa tempat pembuangan sampah. Tengah malam pun ada saja yang masih beraktifitas memilah-milah buangan limbah. Tak bisa aku berbuat apa-apa, atau minimal berkata-kata. Lelahku secuilpun tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ketabahan mereka. Aku berjalan dengan membawa “bekal materi” yang sengaja aku sediakan buat sebagian dari mereka, Cuma beberapa orang dari sekian banyak orang yang aku jumpai. Yaa sebagian saja, maaf, memang aku belum mampu membagikan “bekal” buat semua yang aku temui, karena tak bakal cukup bekal itu aku berikan kepada mereka.

Seorang pria yang sudah pantas menyandang gelar “kakek”, memunguti sampah kertas dipinggir jalan, Dia bekerja di tengah keremangan malam. Mengumpulkan “Rezeki” di sepanjang jalan yang dilalui. Kertas yang sudah dikumpulkan, diikat dan diletakkan diatas becaknya yang sederhana. Aku terguncang batinku mengambang, Aku hanya bisa membatin, sudah tidak seharusnya seorang kakek yang cukup tua bekerja seperti itu, tapi bagaimana lagi jika keadaan yang memaksa. Dari gerak langkahnya, aku bisa menyimpulkan bahwa dia bukanlah kakek yang cengeng dan melankolis,

KAWAN DAN MASA LALU

Wahai kawan, inginku berbagi cerita kepada kamu semua,

Layaknya dulu kita tertawa-tawa bahagia melepas susah.
Aku bercerita, kau dengarkan dengan seksama,
Sesekali kau menimpali dengan ocehan khas Jawa Timuran, yang lazim kita sebut dengan "gojlokan".
Begitu juga sebaliknya, saat kau yang bercerita,
Aku mendengarkan dengan ceria,
Meskipun kenyataannya aku hanya berpura-pura.
Aaah tapi itu pun tidak menjadi masalah,
Toh obrolan itu masih bernuansa mesra.

Wahai kawan,
Inginku berbagi nostalgia
Kepada kamu semua, tentang apa saja, semuanya,
Yang dengan sengaja maupun tidak, pernah kita torehkan bersama-sama.

Wahai teman,
Ingin rasanya aku berkumpul dengan kalian semua,
Kembali bersama, menjalani aktifitas, melewati tikungan waktu dan masa,
Meskipun hanya beberapa saat saja,
Sekedar untuk mengobati rasa penat yang melanda.

Senin, 29 April 2013

PERJODOHAN SEDEKAH & BALASAN KEBAIKANNYA

       "Tidak ada sebuah pertemuan yang terjadi tanpa izin Tuhan, Tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi tanpa skenario dan campur tangan Tuhan, sekecil apapun suatu adegan yang kita perankan, tidak mampu kita perhitungkan sebelumya". Entah Kebaikan ataupun keburukan, baik musibah ataupun anugerah, dan apapun saja yang kita temui atau yang kita hadapi pasti ada hikmah yang bisa kita tadabburi. Sedikit diberi musibah, kita langsung su’udzon kepada Tuhan, sedikit diberi kesulitan, kita langsung menagih kedermawanan Tuhan, Jangan terburu-buru memberi nilai, jangan tergesa-gesa menyimpulkan, pelajari dulu, fahami dulu, Tuhan pasti memiliki banyak cara untuk mengajarkan kebijaksanaan kepada hambanya. Seperti tulisan ini, kenapa saya beri judul “Perjodohan Sedekah”, maksudnya bagaimana?, Sebelum kita bahas panjang lebar mengenai maksud dan contoh kongkritnya, alangkah baiknya kita bahas satu persatu, agar kita berada pada nuansa mainstream yang sama.




1. Jodoh Universal
         Pernah belanja ke pasar tradisional? Atau bagi orang Surabaya pernah beli sepatu di pasar blauran? Atau begini, anda pasti pernah beli Laptop, Peralatan elektronik, atau computer di HI Tech mall? Handphon lah, anda pasti pindah dari satu toko ke toko lain untuk mencari-cari handphone yang ingin anda miliki? Saya rasa salah satu aktifitas tersebut pernah anda alami. Bagaimana anda memilih Laptop A, atau HP A ditoko X, padahal Type HP atau laptop yang sama juga ada ditoko Y. Masalah harga? Bisa jadi, atau meski harga sama anda tetap memilih di toko X ? itu terkadang tidak mampu kita jelaskan dengan kata-kata, pun tak mampu dideskripsikan dengan tulisan-tulisan. “ya ndak ngerti, pokoknya lebih Sreg aja beli disini”, mungkin itu jawaban yang sering kita munculkan. Kesesuaian dengan hati, apakah itu bukan perjodohan. Satu lagi contoh, kalau misalnya kita beli sepatu di blauran atau toko-toko didaerah lain yang model penyebaran tokonya sama seperti di blauran Surabaya. Berpuluh-puluh toko sepatu berjajar tanpa jarak. Saat kita berjalan kenapa kita berhenti pada Toko X, padahal secara type, model, harga sama dengan toko Y maupun ditoko Z? fenomena tersebut lebih sering sulit kita jelaskan, hanya kesesuaian hati dan pikiran yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hal ini bisa berlaku dalam segala laku aktifitas yang kita jalani. Sopir angkot sebutlah demikian, suatu waktu pada jam dan detik tertentu melaju di depan sebuah gang, lantas ada yang melambaikan tangan, bisakah adegan tersebut diterka-terka sebelumnya oleh si sopir angkot, atau bisakah kita mencoba mengutak-atik dan memperhitungkan pusat pertemuan itu?, meski adegan sederhana, saya rasa itu adalah faktor perjodohan yang tidak bisa kita prediksikan, faktor perjodohan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Saya ulangi lagi kalimat pada baris pertama tulisan ini, ”Tidak ada sebuah pertemuan yang terjadi tanpa izin Tuhan, Tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi tanpa skenario dan campur tangan Tuhan, sekecil apapun suatu adegan yang kita perankan tidak mampu kita perhitungkan sebelumya”. Perjodohan tidak melulu kita dipertemukan dengan belahan jiwa atau pemegang tulang rusuk kita. Itu adalah sebagian bentuk perjodohan yang di takdirkan Tuhan, lantas kita kira segala pertemuan dan adegan bukan perjodohan yang telah teratur juga?.

Satu lagi masalah pekerjaan misalnya, bagi sebagian kita yang telah berusaha melamar kerja dan menjemput nafkah, kita masukkan surat lamaran pada beberapa perusahaan, kita kirim email ke Perusahaan ini ke Perusahaan itu, kesana dan kemari, orang bisa menyebutnya gambling, siapa tau luput yang ini dapet yang itu. Gambling itu yaa kalau boleh dibahasakan, sederhananya adalah perjodohan yang belum dipertemukan, dan kita punya effort yang besar dan berusaha untuk menemukan. Kita datang diundang interview di Perusahaan ini dan itu, tapi ternyata adakalanya kita yang kurang mantap untuk melanjutkan tanda tangan kontrak, ada juga perusahaannya yang belum menerima spesifikasi individu kita, siapa yang bisa menyangka? Siapa yang bisa mengira? Alih-alih kita sudah yakin bisa diterima, eh ternyata ada yang kurang memenuhi syarat perusahaan, atau klasifikasi kemampuan kita cukup tinggi dibandingkan yang diminta perusahaan. Di kesempatan yang lain, ternyata kita dipanggil oleh perusahaan A, untuk menjalani tes spesifikasi, dan pada akhirnya kita diterima, hal ini siapa juga yang bisa mengidentifikasinya? Bukankah hal ini juga perjodohan kita dengan perusahaan?. Setali tiga uang, Bisnis misalnya, ada orang yang pertama kali nyoba bisnis A ternyata menghadapi kesulitan, terus ia usahakan sambil nyari bisnis lain, ketemulah bisnis B, tanpa disangka dan tanpa di nyana, lebih cepatlah perkembangan bisnis B ini. Seiring berjalannya waktu bisnis inilah yang menjadi besar, dan berkembang pesat, bukankah ini juga perjodohan kita dengan bisnis?.

Banyak hal yang bisa kita fahami, banyak pelajaran yang bisa kita renungi, banyak kasus yang dapat kita ambil ilmunya. Tuhan menggelarkan semua kejadian untuk kita cari maknanya, untuk kita aplikasikan kebaikan-kebaikannya, untuk bisa kita resapi kebijaksanaannya. Perjodohan dengan apapun yang Tuhan berikan, hanya satu kunci kebahagiaanya, yaitu syukuri yang telah kita dapati. Tentu satu hal yang perlu difahami adalah, tidak serta merta Tuhan mempertemukan apapun saja dihadapan kita, tanpa kita terlebih dahulu mengusahakannya. Saat kita diperjodohkan sementara dengan kesusahan, mengertilah dengan nurani, bahwa Tuhan masih mau menguji kita, bayangkan jika Tuhan sudah cuek dengan kita,? Saat kita dijodohkan dengan musibah, fahamilh dengan budi pekerti, bahwa semua dari Allah dan akan kembali kepada Allah, “innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun”. Selalu berkhusnudzon, insya allah kita terhindar dari kebuntuan-kebuntuan, terlepas dari cengkraman kegalauan-kegaluan yang seharusnya tidak kita harapkan. Yakin saja, Tuhan akan menjawab keyakinan kita, Kata Allah dalam Hadits qudsy nya “ana ‘indza dhonni ‘abdiiby” Aku (kata allah) bersama dengan keyakinan hambku, kalau kita pesimis, kepesimisan itulah yang akan kita dapati, kalau kita optimis dan berusaha mewujudkan rasa optimis itu, yakinlah, jalan kemudahan pasti mengiringi.


2. Perjodohan Sedekah
     Semoga panjang lebar penggambaran diatas mampu mensketsa tingkat pemahaman kita tentang perjodohan itu sendiri. Sekarang aku ingin menulis tentang perjodohan sedekah. Tidak hanya aktifitas individu yang diperjodohkan, aktifitas sosial religi seperti sedekah pun Tuhan menjodohkan kita. Perjodohan itu tentu melingkupi dimensi ruang dan waktu. Mungkin anda pernah punya niatan ingin sedekah saat ada sedikit rezeki, tapi entah karena aktifitas yang terlalu padat, sehingga rasanya tak ada waktu untuk sekedar membagi sedekah. Contoh lain niatan sudah ada, tapi saat kita cari-cari untuk yang bisa kita kasih sedekah terkadang tidak ketemu-ketemu, atau malah ada yang punya lebih rezeki yang notabennya itu bukan milik kita, harta orang lain, kita malah tidak terfikirkan untuk mensedekahkan sebagai bentuk pensucian harta yang kita punya. Atau saat ada niatan ingin sedekah, eh ternyata ada seseorang yang dating yang membutuhkan bantuan materi misalnya. Atau kita ada donasi untuk dibagikan, teman bercerita bahwa tetangganya ada yang lagi dalam kesulitan. Sedekah atau berbagi apa saja bisa karena kita merasa, melihat atau mendengar. Merasa perlu dibantu maka kita bantu, kita melihat ketidakberdayaan dan kita mampu menolang, usahakan untuk menolong, terakhir, meski hanya kita mendengar dari cerita teman, tetapi teman itu tak mampu mambantu, saat itu juga kita bisa bantu, kenapa hanya berpangku tangan, lepaslah tangan, bantulah yang kesusahan.

Minggu, 03 Februari 2013

1, 2, 3, . . . . . . 10

Satu "Goresan" yang dipesan seorang kawan untuk bisa dituliskan
Semoga kisahmu tetep aman kawan, terkendali dan abadi untuk dijalani,,,
"TRIBUTTE TO CAK SOLER"
Mumpung dunia milik berdua, tak ewangi "ngecet temboke",,, hhehehe



Satu Satu.
Kalau aku terpana pada akhlakmu,
Dan buat fokusku tertuju padamu,
Itu memang “iya”,

Dua Dua. .
Kalau kehadiranmu buat aku terpesona
Itu tak salah

Tiga Tiga . . .
Kalau hatiku sampai tertelikung mencinta,
Itu benar adanya,

Satu, Dua, Tiga
Aku tak berdusta,
Kau memang luar biasa,

Empat . . . .
Tak kusangka kau berikan ruang dan waktu yang tepat,
Dengan cermat kau beri jalan yang bisa untuk ku lewat

Thanks...