Minggu, 03 Januari 2010

Pelajaran baru dari wajah aceh yang baru

5 tahun telah berlalu, gempa 9,1 SR & disusul oleh hempasan tsunami yang telah memporak – porandakan bumi serambi makkah, yang telah menghancurleburkan rutinitas sosial ekonomi masyarakat aceh.kurang lebih 220.000 jiwa melayang dan menghilang, ribuan orang kehilangan sanak keluarga. 26 desember 2004 masa dimana bumi aceh diguncang selama kurang dari 5 menit, tapi begitu besar effek yang dirasakan kehancuran lahan pertanian, hingga bangunan yang puluhan tahun dihuni. kenapa bencana terbesar di Indonesia itu bisa terjadi, coba kita sedikit melirik Syair yang dbuat oleh Ebit G. Ade ” Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang ” mungkin begitulah kenapa Tuhan menurunkan bencana kepada kita. itu adalah Ayat Allah yang langsung dapat kita lihat, ayat yang mengingatkan kepada kita dan bangsa kita agar selalu ingat kepada Allah, dan dari situ begitu banyak pelajaran berharga yang dapat kita pelajari,
mulai dari rasa syukur kita yang masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menginjakkan kaki kita di bumi suburnya, berlindung dibawah langit luasnya, melihat indahnya pemandangan alam, dan yang pasti syukur karena SIM kita masih diperpanjang, SIM alias ( Surat Izin Menghirup udara ). pelajaran dimana kita harus selalu ingat, selalu syukur kepada Allah karena memang mati datangnya mendadak, musibah datangnya tidak diduga – duga.
Pelajaran yang kedua adalah semangat perjuangan untuk terus “survive”. Trauma memang belum bisa terhapus tapi kehidupan harus tetap berlanjut, semangat itulah yang menjadi modal awal modal berharga bagi warga aceh untuk membuka lembar baru dengan jiwa psikologis yang baru pula. tidak heran jika aceh dengan kurun waktu 5 tahun bisa menjadi pusat perhatian internasional. Meski dengan memory yang pilu aceh bertumbuh kembang dengan semangat yang luar biasa hebatnya. semangat itulah yang sudah seharusnya kita jadikan referensi, bukan saatnya kita terus merasa enjoy, terus merasa nyaman di “zona rileks” kita tidak akan tumbuh berkembang tidak akan mengalami ” Continous Improvment” jika kita hanya duduk tenang dengan kenyamanan yang kita rasakan.Pelajaran selanjutnya adalah kehidupan sosial yang mereka rasakan. setelah sunami datang kehidupan sosial menjadi semakin terbuka dan akhirnya sama – sama membawa aceh muncul dengan wajah baru nan indah, apa iya kita harus menunggu bencana untuk mewujudkan kehidupan yang beriringan kehidupan yang indah yang dibalut oleh suatu perbedaan.
begitu banyak pelajaran yang bisa kita ambil sebagai hikmah, akan tetapi ada sesuatu yang kita lupakan yang tidak teramati oleh pandangan kita, yaitu masih banyak saudara- saudara kita diaceh selama 5 tahun pasca tsunami masih tinggal di pemukiman – pemukiman kumuh, di barak – barak yang tak layak huni. patutkah kita berdiam diri, mungkin kita belum mampu untuk terjun langsung membantu saudara – saudara kita, tapi minimal kita berdo’a untuk mereka semoga Allah memberikan petunjuknya kepada Pemerintah agar bisa lebih adil dalam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat aceh. mari kita do’akan saudara2 kita agar tetap diberi ketabahan dalam menjalankan kehidupannya.
berdo’a mulai.,.,.,.,.,.,.

Berdo’a selesai.,.,.,.
semoga do’a kita diterima Oleh Allah SWT. Amiiin…

Jumat, 01 Januari 2010

TAHUN BARU HIJRIAH SEBAGAI MOMENTUM UNTUK BERMUHASABAH DAN PERENCANAAN DIRI MENJADI INSAN YANG LEBIH BAIK

Tema yang sangat sesuai dengan momen yang luar biasa “ Tahun baru Hijriah ”, rasanya juga tidak berlebihan ketika pada momen yang tepat mengangkat tema tersebut sebagai salah satu bentuk wahana instrokpeksi diri. Ketika menapaktilasi perjuangan Baginda Nabi Muhammad SAW. dalam berjuang mengorbankan harta dan jiwa beliau demi mewujudkan “Izzul islam wal muslimin”, maka sudah seharusnya kita mengisi perjuangan itu dengan berbagai amalan ibadah yang semakin meningkat dan lebih baik hari demi hari. Perjuangan dimana Baginda Muhammad SAW hijrah untuk berdakwah untuk menunjukkan suatu ajaran yang lurus. Harapan Nabi yang begitu besar agar ajaran ini membumi terbukti dengan tersebarnya Islam keseluruh pelosok dunia. Tapi pertanyaannya adalah apakah kita sudah mengetahui dan mengimplementasikan esensi besar yang terkandung didalam ajaran tersebut???


Sebagai insan yang tak lepas dari berbagai bentuk kesalahan rasanya saya pribadi masih teramatlah jauh dari kata mengetahui, jangankan mengimplementasi dengan baik dan benar, mengetahui kandungan ajarannya saja saya pribadi belum bisa menyeluruh. Padahal Allah berfirman yang kurang lebih artinya “Masuklah kalian kedalam agama islam secara kaffah (menyeluruh)”. Dengan hadirnya kembali Tahun baru hijriah ini kita berharap bisa meraba sisi positif dan negative yang pernah kita lakukan sehingga kita semua bisa melakukan “Continous Improvement” dalam rutinitas duniawi maupun ukhrowi kita. Jika kita masih sering melakukan kesalahan maka Tahun baru Hijriah ini saya mengingatkan pribadi saya pada khususnya dan para pembaca pada umumnya agar bisa memperbiki kesalahan atau rutintas negative yang sering kita lakukan dan jika ada rutinitas positif yang sering kita lakukan semoga hari demi hari pada tahun yang akan datang bisa menjadi lebih baik karena Nabi pernah bersabda yang artinya “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka orang tersebut orang yang berhasil, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka orang tersebut merugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang tersebut bangkrut”.
Begitu kompleks dan adilnya Islam dalam memberi petunjuk kepada umat manusia untuk selalu dan selalu menjalankan amal sholih dan amalan yang baik. Islam tidak mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan amalan hanya terkait duniawi saja atau untuk akhirat saja. Tapi antara satu sama lain harus berimbang dan saling mengisi. Jika kita kembali pada interpretasi makna Hijrah yang sesungguhnya maka ada beberapa makna dari perjalanan hijrah Baginda Muhammad SAW. Yang dapat kita renungkan bersama untuk dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari–hari, diantaranya adalah :
a. Perjuangan untuk mempertahankan dan memperjuangkan Iman
b. Satu bentuk nilai ukhuwah Islamiah

1. Perjuangan untuk mempertahankan dan memperjuangkan Iman
Hal ini telah dibuktikan oleh Nabi dan para sahabatnya pada waktu itu, beliau tidak mengenal jauhnya jarak yang ditempuh, tidak mengenal panasnya sinar matahari menyengat kulit, tidak merasakan dinginnya udara malam menusuk hingga tulang sum–sum, karena Iman-lah yang berbicara, dar pelajaran hijrah itulah maka kita harus menjadikan Iman sebagai filter, biar zaman berubah asal aqidah jangan goyah, boleh masa berganti asal keyakinan jangan mati, karena Iman kita hidup, untk iman kita berjuang, dan dalam Iman kita akan kembali menghadap Allah SWT. Pelajaran pertama hijrah untuk berjuang mempertahankan Iman.

2. Satu bentuk perjalanan Ukhuwah Islamiyah
Perjalanan yang jauh dari makkah ke madinah bukan suatu perjalanan yang sia – sia, warga madinah tidak menutup diri dan tolak pinggang saat saudara – saudara dari makkah datang, dengan sambutan yang hangat mereka bersama berpadu satu membaur dalam satu atap yaitu Islam. Dengan itulah akan terjalin hubungan baik antar saudara sesama muslim.
Dengan pelajaran – pelajaran itulah sudah seharusnya kita bisa merasa kekurangan kita bukan merasa bisa, dan sudah seharusnya kita menjadikan pelajaran berharga perjalanan hijrah Nabi beserta sahabat menjadi wahana, sarana untuk instrokpeksi, mawas diri, menuju jalan yang hakiki, menurut ajaran Nabi didalam ridho Ilaihirobbi. Dan akhirnya, semoga semangat perjuangan hijrah dalam mempertahankan Iman bisa kita warisi dan bisa kita turunkan sampai anak cucu kita, karena mutiara paling berharga adalah Iman. Untuk mencapai itu memang tidaklah mudah tapi tidak ada ruginya kita belajar memulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil, dan mulai dari sekarang (seperti yang telah dikatakan oleh AA Gym) untuk mentransformasikan diri secara kolektif mnjadi pribadi yang lebih mulia, menjadi pribadi yang lebih baik. Amin.


Memory Silam yang ternina bobokkan

Memory Silam yang Ternina bobo'kan
Ramadhan telah berlalu, bulan baru telah menunggu, dengan keadaan diri yg bru pula ( fitrah ) qt menghampirinya, akan tetapi penyesalan seakan muncul seiring memasuki bulan syawal ini. Penyesalan itu mulai datang pada akhir2 dimalam bulan ramadhan, penyesalan itu ada karena selama ramadhan yang spesial, q blum melakukan & merasakan hal yang spesial. Ramadhan yang seharusnya menjadi ajang u/ beramal sebanyak – banyaknya malah seakan dilalui tanpa ada perlakuan yang istimewa.
“ Astaghfirullah, ya allah sampaikan diri ini bertemu ramadhan di tahun yang akan datang.,.,.,.,.,”


Perasaan itu seakan diingatkan oleh teman2 ASMEG ( Alumni ke IV Amanatul Ummah ), ketika kami semua berbuka puasa bersama di tempat yang istimewa “ Sanggar Alang – Alang ” tempat dimana saudara – saudara kita yang sehari - harinya hanya bergelut dengan waktu di jalanan kota surabaya.. Akan tetapi kenapa ajang saling berbagi seperti itu hanya dilakukan satu kali di akhir – akhir bulan ramadhan, ko’ ngga’ dimulai diawal bulan ramadhan yang kemudian di lanjutkan secara kontinu ????
tp tidaklah mengapa yang sudah biarlah berlalu & akan menjadi pelajaran yang menarik untuk di perbaiki.
Thanks kawan, ternyata perpisahan kita selama beberapa tahun tidak bisa memisahkan “ sense ” kebersamaan antara kita, yang sudah terjalin 3 sampai bahkan 6 tahun,
Ternyata rasa itu masih ada, rasa saling memiliki, rasa untuk saling berbagi, rasa saling menghargai, rasa saling menyayangi dsb.
Pada kamis itulah ( 17 september 2009 ), telah mengingatkan kita semua arti sebuah kebersamaan, telah mengingatkan memory kurang lebih 2 tahun silam yang seakan terninabobokkan oleh aktivitas dan rutinitas masing2 kita. Memory dimana saat qta berpuasa dirumah tercinta ( Pon. Pes Amanatul Ummah ). Saat dimana selera makan yang disediakan Mak Kani cs tidak sesuai dengan selera kita, lagi2 qt bikin alasan buat bisa cari makan yang bisa memenuhi selera makan kita, saat dimana satu piring makan dikelilingi 3-4 orang untuk makan bersama bukan karena kekurangan tapi qita mencari sebuah kepuasan dalam kebersamaan, tak peduli nasi cuma sedikit ato kurang bersahabat dengan selera.
Mungkin itulah yang sebagian kecil yang sering dirasakan oleh teman2 disanggar alang – alang disetiap waktunya. Namun apa yang sudah dilakukan teman2 kamis lalu adalah langkah awal yang patut mendapat apresiasi & pantas untuk dilanjutkan secara kontinu, harapan semoga ini bisa diteruskan untuk kegiatan2 sosial lainnya, ini akan mempererat jalinan silaturrahmi qta dan bisa bermanfaat lagi bagi sekeliling qta. Selain itu ini adalah moment yang pantas dilanjutkan sebagai langkah awal memulai untuk mengangkat dan mengaktualiasasikan nilai – nilai luhur pesantren yang telah dan terus selalu dikumandangkan pak kyai, dimanapun dan kapanpun. Semoga perpisahan kita bukanlah perpisahan untuk selama – lamanya tp perpisahan sementara, yang waktu yang akan mempertemukan kita untuk bisa jalan bersama – sama menjalankan visi – misi serta cita – cita luhur Amanatul Ummah.


Di Halaman terakhir buku kenangan kita satu bait tertulis kurang lebih sbb
“ kan ku tunggu kau di gerbang gemilang ” oleh arya pena,,,,
ni lah kalimat yang pantas untuk direnungkan bersama….


Thanks...