Saat canda menghapuskan duka
Saat tawa mengubah wajah yang lara
Saat kebersamaan masih bisa kita rasakan
Dan saat semua masih dalam ingatan
Terbersit keinginan hati untuk merekamnya dalam sebuah tulisan
Lewat rangkaian bait yang telah tercipta
Bahkan melalui untaian peribahasa
Masih belum ada yang bisa
Menjadi pengganti se iya se kata
Hari memang mulai senja
Tapi kedekatan itu masih bisa kita rasa
Satu paragraph indah hampir kita selesaikan
Cerita singkat narasi pendek masa perkuliahan
Mungkin kita tidak bisa berkumpul enjoy seperti saat ini
Jarkom pun takkan pernah meramaikan bursa sms lagi
Perlahan-lahan istilah itu terhapus seketika
Hilang bersama derasnya aliran persaingan yang lebih nyata
Ya……
Emang itu sudah menjadi korelasi alam,,,
setiap pertemuan..
Haruslah berakhir dengan sebuah perpisahan…
Mungkin aku bukan teman bijak kamu
Yang selalu buat hatimu tersipu
Aku bukanlah insan ceria
Yang selalu buat bibirmu tertawa
Bukan pula tempat bersandar
Yang selalu berimu keteduhan
Tetapi……
Sebelum tangan mengakhiri jabat perpisahan
Sebelum mulut ucapkan selamat jalan
Izinkan aku mengirim senyum pada kalian…..
TERIMA KASIH kata yang ingin aku sampaikan
Kalian pernah mewarnai kehidupanku dengan bermacam nuansa
Suka, duka, sedih, dan tawa pernah kita jalani bersama
Tak ada keluh kesah yang terpendam begitu lama
Semua akan menjadi memory indah dalam dimensi semasa
Untukmu sahabatku,,,,,
Senyampang kesuksesan mulai terbentang
Sampai berjumpa di gerbang nan gemilang
Ada satu hal yang tidak akan mungkin terjadi di dunia ini, yaitu "Sesuatu yang belum pernah dicoba",Semoga Bermanfaat....
Jumat, 22 Oktober 2010
Jumat, 08 Oktober 2010
JASAD ALAM YANG SEMAKIN RENTA…..
oleh Hamzah Guna Wijaya, 8 oktober 2010 :15.00
Mesranya sapaan kokok ayam di pagi hari
Sempat bangkitkan semangatku dari hati yang tak bernyali
Kicau burung selalu datang menggoda dengan latar senyum mentari
Seakan tak peduli membangunkanku yang lagi asyik bercumbu dengan mimpi
Tetesan embun pagi yang sejuk mengawali rutinitas penuh dahaga
Hamparan sawah nan hijau seakan menjadi penyempurna lukisan Sang Maha Esa
Keindahan alam yang begitu istimewa
Sulit tergambarkan lewat taburan kata
Ya itulah gemah ripah loh jinawi tanah airku Indonesia
Tapi dongeng masih tetap menjadi dongeng
Keindahan itu hanya bagian dari masa lalu
Yang selalu ditularkan pada anak dan cucu
Mereka hanya bisa mendengar cerita fatamorgana
Dan melihat tayangan berita yang benar dan fakta adanya
dari segala kecacatan alam bumi kita
Berita yang selalu menyuguhkan keadaan bumi yang semakin tua
Dan tak mampu menyangga jasad keindahan alam yang renta
Burung pun kembali berkicau
Dengan nada yang tak begitu jelas
Tak tahu apakah gerangan yang mereka kabarkan
Entah rintihan ataukah senandung kedamaian
Melihat pohon tumbuh megah berakar besi
Hamparan luas pabrik memproduksi polusi
Sahutan suara hewan berganti
Menjadi hingar bingar kendaraan yang tak begitu serasi
Panorama yang menjadikan bumi renta semakin tak berdaya…
Bahkan hampir mendekati kata parah…
Anomali perubahan cuaca yang tak pasti
Siang hari tampak dengan panas yang menjadi-jadi
Banjir kembali datang silih berganti
Lumpur dari perut sidoarjo terus muncrat tiada henti
Papua dikejutkan dengan ingatan pilu yang hampir lalai
Datangnya air mirip tragedi tsunami
Kota-kota seakan tak luput dari kejaran gempa bumi
Fenomena yang membuat hati ibu pertiwi menangis dan bersedih
Mesranya sapaan kokok ayam di pagi hari
Sempat bangkitkan semangatku dari hati yang tak bernyali
Kicau burung selalu datang menggoda dengan latar senyum mentari
Seakan tak peduli membangunkanku yang lagi asyik bercumbu dengan mimpi
Tetesan embun pagi yang sejuk mengawali rutinitas penuh dahaga
Hamparan sawah nan hijau seakan menjadi penyempurna lukisan Sang Maha Esa
Keindahan alam yang begitu istimewa
Sulit tergambarkan lewat taburan kata
Ya itulah gemah ripah loh jinawi tanah airku Indonesia
Tapi dongeng masih tetap menjadi dongeng
Keindahan itu hanya bagian dari masa lalu
Yang selalu ditularkan pada anak dan cucu
Mereka hanya bisa mendengar cerita fatamorgana
Dan melihat tayangan berita yang benar dan fakta adanya
dari segala kecacatan alam bumi kita
Berita yang selalu menyuguhkan keadaan bumi yang semakin tua
Dan tak mampu menyangga jasad keindahan alam yang renta
Burung pun kembali berkicau
Dengan nada yang tak begitu jelas
Tak tahu apakah gerangan yang mereka kabarkan
Entah rintihan ataukah senandung kedamaian
Melihat pohon tumbuh megah berakar besi
Hamparan luas pabrik memproduksi polusi
Sahutan suara hewan berganti
Menjadi hingar bingar kendaraan yang tak begitu serasi
Panorama yang menjadikan bumi renta semakin tak berdaya…
Bahkan hampir mendekati kata parah…
Anomali perubahan cuaca yang tak pasti
Siang hari tampak dengan panas yang menjadi-jadi
Banjir kembali datang silih berganti
Lumpur dari perut sidoarjo terus muncrat tiada henti
Papua dikejutkan dengan ingatan pilu yang hampir lalai
Datangnya air mirip tragedi tsunami
Kota-kota seakan tak luput dari kejaran gempa bumi
Fenomena yang membuat hati ibu pertiwi menangis dan bersedih
Sabtu, 02 Oktober 2010
UMUR YANG TINGGAL 24 JAM
Oleh Hamzah Guna Wijaya, 02 oktober 2010: 11.00
Ya,,, semua memang tentang waktu
Rentang waktu itu yang selalu membuat kita lupa
Kalo kita semakin tua
Lupa kalo nikmat itu perlahan hilang
Diambil kembali oleh Sang Maha Kuasa
Entah tak tahu diri ataukah tak mau mengerti
Atas peringatan dan sabda ilahi
Seakan hari berjalan begitu saja
Tanpa ada beban sama sekali
Memang kematian bukan untuk ditakuti
Tapi kita takut jika kita tidak bisa mempersiapkan
Dengan persiapan sebaik-baiknya
Dulu waktu kita lahir,,,
kita menangis sekencang-kencangnya
Dan kita tak merasakan itu
Disaat kita menangis…
Senyum kebahagiaan, tawa keceriaan
Tampak terpancar pada poros wajah orang sekitar kita..
Karena kemunculan sosok imut nan menggemaskan
Tetapi……
Saat kita mati kelak,,,
Apakah senyum itu menempel pada bibir kita…
Dan tangis sedu sedih ganti terpancar pada orang-orang terdekat kita…
Tangis karena kehilangan orang yang mereka sayang..
Tangis karena tak lagi jumpa dengan sosok yang mereka kagumi…
Ataukah mala sebaliknya….
Kala usia telah tertutup
Apakah memory bayi kembali tergambarkan
Tapi dengan latar yang berbeda
Mati dengan bibir tanpa senyum
Bahkan hati yang menangis lebih kencang dari tangisan bayi baru lahir
Dengan wajah muram tersembunyi
Di tubuh yang kaku…
Sedang orang-orang tertawa dan suka cita….
Mereka pisah untuk selama-lamanya..
Dengan orang yang mereka benci…
Mereka senang tak akan jumpa dengan pembuat onar
……….
Semoga kita tidak tergolong dengan perumpamaan yang kedua
Tak tahu kapan kita mengakhiri history pendek narasi hidup
Tapi yang jelas….
Waktu kita tinggal 24 jam….
Entah pada 24 jam yang keberapa kita ucapkan salam perpisahan itu
24 jam esok,,,,
24 jam lusa….
Dari 24 jam itu pula kita tak tahu
Pada jam keberapa…
kita disambut mesra oleh belaian mesra Malaikat Izro’il
Karena itu sebuah rahasia…
Takut mati jangan hidup…
Takut hidup matilah saja…
Ungkapan yang sering aku dengar,,,
Dan ada satu pesan yang patut direnungkan,,,
Jangan pernah takut dengan kematian….
Tapi takutlah jikalau mati tak khusnul khotimah…
Semoga kita selalu siap dalam menyambut peristiwa itu…
Peristiwa yang bakal dihadapi setiap yang hidup
Sebagai penutup cerita skenario narasi dunia…..
Ya,,, semua memang tentang waktu
Rentang waktu itu yang selalu membuat kita lupa
Kalo kita semakin tua
Lupa kalo nikmat itu perlahan hilang
Diambil kembali oleh Sang Maha Kuasa
Entah tak tahu diri ataukah tak mau mengerti
Atas peringatan dan sabda ilahi
Seakan hari berjalan begitu saja
Tanpa ada beban sama sekali
Memang kematian bukan untuk ditakuti
Tapi kita takut jika kita tidak bisa mempersiapkan
Dengan persiapan sebaik-baiknya
Dulu waktu kita lahir,,,
kita menangis sekencang-kencangnya
Dan kita tak merasakan itu
Disaat kita menangis…
Senyum kebahagiaan, tawa keceriaan
Tampak terpancar pada poros wajah orang sekitar kita..
Karena kemunculan sosok imut nan menggemaskan
Tetapi……
Saat kita mati kelak,,,
Apakah senyum itu menempel pada bibir kita…
Dan tangis sedu sedih ganti terpancar pada orang-orang terdekat kita…
Tangis karena kehilangan orang yang mereka sayang..
Tangis karena tak lagi jumpa dengan sosok yang mereka kagumi…
Ataukah mala sebaliknya….
Kala usia telah tertutup
Apakah memory bayi kembali tergambarkan
Tapi dengan latar yang berbeda
Mati dengan bibir tanpa senyum
Bahkan hati yang menangis lebih kencang dari tangisan bayi baru lahir
Dengan wajah muram tersembunyi
Di tubuh yang kaku…
Sedang orang-orang tertawa dan suka cita….
Mereka pisah untuk selama-lamanya..
Dengan orang yang mereka benci…
Mereka senang tak akan jumpa dengan pembuat onar
……….
Semoga kita tidak tergolong dengan perumpamaan yang kedua
Tak tahu kapan kita mengakhiri history pendek narasi hidup
Tapi yang jelas….
Waktu kita tinggal 24 jam….
Entah pada 24 jam yang keberapa kita ucapkan salam perpisahan itu
24 jam esok,,,,
24 jam lusa….
Dari 24 jam itu pula kita tak tahu
Pada jam keberapa…
kita disambut mesra oleh belaian mesra Malaikat Izro’il
Karena itu sebuah rahasia…
Takut mati jangan hidup…
Takut hidup matilah saja…
Ungkapan yang sering aku dengar,,,
Dan ada satu pesan yang patut direnungkan,,,
Jangan pernah takut dengan kematian….
Tapi takutlah jikalau mati tak khusnul khotimah…
Semoga kita selalu siap dalam menyambut peristiwa itu…
Peristiwa yang bakal dihadapi setiap yang hidup
Sebagai penutup cerita skenario narasi dunia…..
Langganan:
Postingan (Atom)