Rabu, 22 Februari 2012

“Kemampuan” itu sebenarnya “kemauan”


Untuk menjadikan kita “mampu” melakukan sesuatu, tidak cukup hanya dengan kata “tahu” tapi harus “mau” untuk melakukan sesuatu itu.
(Makna Melakukan sesuatu pada kalimat diatas sangat luas, setiap orang memiliki definisi yang berbeda-beda).

Bapak Soehar Djupri seorang Dosen Matematika dari kampus perjuangan ITS yang juga seorang entrepreneur pernah suatu hari menjadi pembicaara disebuah seminar pelatihan manajemen diri. Kebetulan waktu itu aku diberi kesempatan untuk hadir dalam acara yang luar biasa itu. Beliau diberi amanah untuk mengisi materi motivasi. Satu kata beliau yang aku ingat sampai sekarang adalah kurang lebih seperti ini “Lek kowe wedi, sek iso tak terno, tapi lek kowe gak gelem yowes gak iso opo-opo”, jika diartikan dalam bahasa Indonesia maknanya adalah “Kalau kalian takut, aku masih bisa mengantarkan, tapi kalau kalian tidak mau, ya sudah gak bisa apa-apa”. Mungkin anda sudah faham maksud dari kalimat beliau, tapi gak ada salahnya aku sedikit memberikan penjelasan agar tidak ada yang bias penafsiran. Maksud dari kata “kalau kalian takut” adalah kita sebenarnya memiliki kemauan untuk melakukan sesuatu yang ingin kita capai, akan tetapi kita belum memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu itu, lha kalau belum berani masih bisa “diantarkan” atau dibimbing, tetapi kalau kita sudah “tidak mau” jangankan dibimbing, di kasih tahu aja kita sudah ogah mendengarkan.

Bagaimana kita bisa mengerjakan sesuatu secara maksimal dan optimal, kalau kita tidak memiliki motivasi untuk mau mengerjakan nya. Kita tidak akan tahu sulit atau mudah, bisa atau tidaknya menyelesaikan sesuatu sebelum kita mau mencoba untuk mengerjakannya.

Ada sebuah cerita yang pernah aku alami,

Sabtu, 18 Februari 2012

TERUSLAH MELANGKAH


TERUSLAH BERUSAHA sampai kebosanan bosan menemanimu, TERUSLAH BERKARYA sampai kejenuhan jenuh mengejarmu, dan TERUSLAH MELANGKAH sampai keletihan letih mendampingimu”

Kata “Teruslah” sengaja aku cetak tebal, sebagai bentuk penegasan. Penegasan yang menggambarkan, bahwa kehidupan kita selalu berpacu dengan waktu. Bahkan, kehidupan kita selalu saja dituntut untuk berkompetisi dengan waktu. Kalau kita tidak dapat mengalahkan waktu maka kita yang akan dikalahkan oleh waktu, kalau kita tidak pandai memanfaatkan waktu, sudah barang tentu waktu yang leluasa memanfaatkan kita. Waktu tak pernah mentoleransi “dirinya” berhenti sejenak meski untuk 1/1000 detik. Waktu tak pernah membiarkan dirinya terlena, bahkan untuk sedikit langkah mundur pun, waktu tak akan pernah sekalipun memberikan kebijakannya. Dia hanya mengizinkan kalau dirinya terus bergerak maju. Oleh karena kenyataan itulah, mau tidak mau kita harus memacu diri kita untuk melangkah lebih cepat atau minimal beriringan dengan detak waktu yang berjalan cukup “angkuh”.

Lantas apakah kita tidak boleh istirahat sejenak atau bahkan sesekali melangkah mundur untuk menyantaikan pikiran??? Bolehlah kita berhenti karena mungkin terlalu lelah, tapi pastikan bahwa kita berhenti hanya mempersiapkan diri untuk memacu langkah menjadi lebih semangat. Berhenti bukan berarti diam tidak melakukan apa-apa, karena ketika kita diam dan tidak melakukan apa-apa, sangat besar kemungkinan seseorang akan mengambil jatah kita, bahkan melampai jatah yang ingin kita capai. Tapi keberhentian kita untuk memikirkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dari perjalanan yang akan kita lalui.

Thanks...