Jumat, 24 September 2010

DIARY SANTRI


Oleh Hamzah Guna Wijaya, 23 september 2010: 18.40


Masih tampak jelas diingatanku
Kitab kuning yang selalu menemani langkahku
Dari safinatun najah sampai mabadiul fiqhiyah
Dari lembaran jurumiyah sampai bait alfiah
Qurrotul ‘uyun juga pernah singgah dikepala
Aku belum pernah melupakan memory itu
Memory 3 bahkan 9 tahun yang telah lalu
Kala segerombolan orang basah kuyup dengan air
Hanya untuk membangunkan dari tidur malam para santri
Yang selalu molor
Minimal untuk persiapan qiyamul laili
Saat para pencari ilmu itu berjajar
Hanya untuk mengantri ambil makan

Saat mereka duduk tertawa sambil menanti kosongnya kamar mandi
Saat senyum sedih melihat kawan kena hukuman
Hukuman gundul
Karena ketemu para ustadz,
Mereka sedang asyik memainkan sebatang rokok
Saat kamar penuh sesak hanya untuk menikmati jajan kiriman
Dari teman yang disambang

Yang selalu ku ingat,,,
Baju putih dipadu indah kopyah putih menjadi ciri khas
Melakukan rutinitas wajib tiap hari
Mengikuti pengajian pak kyai
Sambil menunggu ritual religi

Kajian rumit bahasa arab ilmu nahwu sorof
Yang menghiasi mushola sempit nan panas
Belajar kitab digubuk kayu yang belum rampung dikonstruksi

Tak kalah eratnya,,,
Tikus, kecoa, nyamuk menjadi sahabat karib
Ditiap malam mulai datang menyambut
Meski kesan jorok tak terurus selalu aku dengar
Jujur,,
Ini kawah candra dimuka sebagai tempat penggemblengan
Untuk menjadi gatotkaca yang tangguh
Gatotkaca yang survival
Gatotkaca yang selalu bisa bertahan dalam keadaan apa saja

Banyak ilmu yang aku dapat
Banyak pengalaman yang aku terima
Semua menjadi guru menuju kehidupan setingkat lebih nyata

“Kun rojulan rijlahu fi tsaroh wa himmatuhu himmatan fis suroyya”
Jadilah seorang pemuda yang kedua kakinya menapak di bumi
Tapi cita-citanya bergantung di bintang suroyya
Arti singkat dari lisan seorang alim ulama’
Dengan semangat khas yang ditularkan pada para santri kebanggaanya

Tak hanya itu aku dengar,,,
Masih banyak sejumlah semangat yang tertutur dan selalu ku ingat
Dan menjadikan tatapan mata kembali segar kala diri mulai hilang hasrat
Yang tak sempat aku rangkai ditiapan bait putih tulisan ini…

Terakhir pesan itu…
“Nak solat malam jangan pernah kau tinggalkan nak”
Pesan singkat sebagai bekal sampai saat ini

Aku akan berusaha untuk selalu mengingat
Mau’idoh tulus yang selalu kau tularkan pada kami
Aku yakin kami selalu ada dalam untaian do’a mu
Dan kami akan sesegera mungkin menjemput do’a itu

Engkau gembleng kami menjadi seorang santri
Terima kasih romo kyai

KATA CINTA MELALUI PENA

Oleh Hamzah Guna Wijaya, 21 september 2010: 21.30

Tiap tatapan mata mulai sayup
Ingin rasanya merebahkan punggung
Di lautan kapuk,,,

Tapi apa daya
Seakan malam ku kembali dicuri,,
Mimpi tak lagi mau kembali,,
Oleh siapa lagi
Kalau bukan titipan batin seorang dewi..

Ingin rasanya ku tulis keinginan hati ini,,
Hati yang terbuai oleh kelemahan mengungkapkan huruf
Yang mencoba menyusun diri menjadi rangkaian kata…
Bukan untuk siapa-siapa, bukan juga untukku,,
Hanya untuk seseorang,,
Seseorang yang buat hati jatuh dan mencinta

Tapi,,,
Kata itu hanya bisa terurai menjadi narasi,,
Narasi panjang yang abstrak
Yang tak akan pernah tampak menjadi jelas

karena mulut tak mampu berkarya
Biar semua keinginan itu tetap ku jaga
Bertahan dengan kata….
Yang duduk manis tersimpan direlung jiwa
Entah sampai kapan…
Perasaan itu mampir dan sesekali singgah..

Saat ini aku hanya mampu ungkapkan…
Lewat perwakilan tulisan
Diatas background putih nan kelam…

Ingin ku bisikkan bait yang nyata,,
Bahwa aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Bukan karena apa-apa,,
Hanya sebagai rasa syukur akan anugerah yang kuasa,,,


Rupunya benar perumpamaan yang sering aku dengar
seorang pujangga mengibaratkan hal itu…
Bagai kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu,
Bagai isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada
Dan…
Ibarat harapan yang tak sempat dikirim pasir pantai
Kepada gulungan ombak
Yang membuatnya hanyut tak berdaya

Biarkan itu menjadi warna pelangi kanvas hidupku
Bukan saatnya duduk termenung tersipu
Karena waktu juga tak bisa berhenti menunggu

Yang harus kulakukan saat ini adalah,,
Tegar menatap kedepan dengan hati tetap terbuka
Entah untuk siapa…
Yang datang dan kembali mengetuk hati
Dengan ketukan lembut penuh makna

Karena aku yakin,,,
Bahwa
Semua pasti datang tepat pada waktunya…
Terbungkus menjadi rahasia indah
Disinggahsana Sang Maha Kuasa

Selasa, 21 September 2010

TABIR TIPIS “Ce I eN Te Aa”..

Oleh Hamzah guna wijaya, Minggu 12 september 2010 jam 22.30

Saat hati mulai gelisah,,,
Seakan otak kanan dan kiri turut berlomba,,
Menyatu membuyarkan angan yang indah,,
Kegelisahan itu ada,,
Tak jelas entah apa penyebabnya,,


Perlahan aku berfikir sejenak
Mencari jawaban yang duduk dan bersembunyi
Jawaban pasti dari sebuah hati
Hati yang terombang-ambingkan tanpa rasa peduli

Saat itu fatamorgana kegelisahan mulai tampak
Hanya tampak,,
Tapi entahlah, dia ada atau tidak
Aaah tapi biarlah…

Pelan-pelan,,
renunganku membuka pintu penasaranku selama ini
Sebuah pertanyaan yang membuatku mengerutkan dahi
Mungkin tidak hanya aku, tapi hampir semua orang
Baik keturunan adam maupun anak hawa

Yaaa…
Itulah beda antara,,
Cinta, suka, dan kagum
Kata dengan bias penafsiran
Kata yang mempunyai batas tipis penerjemahannya
Mungkin tabir itu lebih tipis dari pada rajutan benang jahit
Bagi orang sastra mungkin dia tahu batasan maknanya
Tapi tak seindah kata hati menerjemahkannya

Banyak hati yang terlena akan indah perbedaan ketiganya
Begitu terlenanya,
Sampai hati itu terninabobokkan pada detik waktu yang teramat panjang
Seakan menjadi penghambat,
Menjadi kambing hitam terganggunya aktifitas keseharian
Menjadi biang keladi hancur leburnya jiwa lemah
Serta porak-porandanya hati yang merana,,,



Kawan,,
Tolong tunjukkan jawaban yang semestinya,,
Biarkan aku tahu jawabnya…
Jawaban yang membuat hati tersenyum lebar,,
Bukan lagi pernyataan,,
Pernyataan yang begitu rumit tentang ketiganya,,

Agar aku tak terlena,,
Dengan apa yang saat ini aku rasa,,

TITIPAN SYUKUR DARI GANG DOLLY



Sepintas memang terbaca agak aneh, agak menggelikan dan agak frontal bin brutal. Karena memang banyak orang memandang sebelah mata gang dolly, hanya di pandang sebagai tempat prostitusi kumuh, jorok, dan hina. Tempat para berkumpulnya kupu-kupu pagi, siang, sore, malam, dan tempat cangkruan para hidung belang. Ataukah memang pantas gang itu dipandang sebelah mata, gang kecil tapi punya nama tersebar dan terbesar se asia tenggara. Bahkan penyumbang pajak terbesar dalam ranah perpajakan kota. Tapi hati yang menjerit, hati yang luluh lantak oleh belaian tangan para lelaki itu masih punya secerah harapan putih yang masih tersembunyi. Harapan yang sudah ada tapi belum ada satu orang pun yang bisa bantu menjemput titik putih itu. Ketika ditanya apakah itu sebuah pilihan ataukan keterpaksaan?? Mungkin jawaban lantang bakal keluar dari mulut mereka “ jalan pilihan karena sebuah keterpaksaan ”. Keterpaksaan yang membuat hati merasa iba. Keterpaksaan tidak hanya diakibatkan faktor ekonomi, juga faktor makhlus halus bernama iblis musuh insan manusia, faktor bujukan setan yang merubah, merusak,dan memporak-porandakan masa depan cemerlang seorang keterununan hawa. Memang mudah mengundang setan tapi begitu sulit mengusirnya. Sehingga beberapa wanita malam terperosok akibat multi talent sesosok iblis.Memang kita tak kuasa mengingatkan atau bahkan melarangnya. Karena itu sebuah hak paksaan yang mereka miliki. Semua itu mereka lakukan karena tuntutan kejam serakahnya dunia. “ kadang ia tersenyum dalam tangis kadang ia menangis didalam senyuman” bait lagi karangan bunda titiek puspa sudah menggambarkan secara universal kehidupan gelamor nan menor ala penghuni wisma. Kehidupan penuh canda tawa yang dibalut batin yang tersiksa.
Harapan putih pada lubuk hati mereka yang terdalam sangat kontradiktif dengan senyum mengembang dibibir yang terpoles menawan. Senyum sebagai tanda keramahan dan sapaan kepada para pemilik kocek tebal. Lantas bagaimana lagi, menurut mereka hanya itu yang masih bisa di perbuat. Meski banyak jalan lain menuju cahaya. Fenomena tersebut sungguh mengajarkan banyak ilmu berharga. Ilmu tentang bersyukur salah satunya.
Saat ini kita tidak bisa melakukan apapun dan sesuatupun untuk mereka, tapi setidaknya realita itu menjadi benteng rasa syukur atas kenikmatan yang digelontorkan Tuhan kepada kita. Kadang kita mengeluh dengan apa yang sudah kita punya, kurang puas dengan apa yang kita dapatkan, ketidakpuasan akibat hasil yang diperoleh tidaklah seimbang dengan apa yang sudah kita usahakan. “rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau” itulah yang menyebabkan buta akan rasa nikmat dan syukur. Selalu kita mengkambinghitamkan takdir, “memang itu sudah takdir dari yang kuasa kita harus menerima dengan tabah”. Ada kalanya ucapan itu benar tapi adakalanya perkataan tersebut kurang tepat. Saat kita hanya sekali berkecimpung dengan kerumitan hidup lalu mengakhiri dengan garis finish putus asa, maka tak ubahnya kita bagai pasir putih ditepian pantai yang pasrah kepada datangnya ombak yang membuatnya hanyut seketika. Tapi tatkala kita berkali-kali bergelut dengan sebuah kesulitan, kerumitan, dan ketidakpastian hidup, makin banyak pula pembendaharaan ilmu tentang bagaimana menyikapi problematika internal batin. Karena percayalah bahwa Tuhan tidak pernah memberi cobaan yang tidak dapat dipikul oleh hamba kesayangannya.
Karena “ saat tuhan belum menjawab do’a yang kita panjatkan ia menambah serta menilai kesabaran kita, dan saat Tuhan menjawab tapi bukan do’a sesungguhnya ia tawarkan yang terbaik untuk mata rantai perjalanan hidup kita.
Satu lagi pelajaran yang dapat kita petik dari gang kecil itu adalah memang hidup itu pilihan, tapi jangan pernah salah memilih. Hidup itu sederhana kita mengambil keputusan dan jangan pernah menyesal atas keputusan tersebut. Karena kita memang tidak bisa mengejar waktu yang berjalan lebih cepat dari pada kita. Karena keegoisan waktu itulah para penghuni alam yang berakal ini, dituntut untuk terus belajar dari hidup yang nyata, belajar untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Memang tidak ada batasan yang mampu menghentikan waktu saat berekreasi tiap detik, oleh karena itu kita yang harus membatasi agar diri tidak salah mengambil keputusan yang sudah kita teken kontrak.
Tulisan ini tidak pernah mengatakan bahwa para penghuni lokalisasi tidak mau berusaha keluar dari belenggu kotak hitam kejam, tapi hanya saja mereka belum menemukan ruang serta waktu yang dapat mengubah arah fikir mereka….
Semoga waktu bisa berkompromi untuk memberi kesempatan bagi mereka yang mau menjemput secercah dan setitik harapan putih tersebut.

Rabu, 15 September 2010

biarkan semua jadi kesempatan

Hidup memang tak tentu…
Kadang enak, kadang susah..
Kadang senang, tak jarang pula sedih melanda..
Kadang hitam, diri pun pernah menjadi putih..
Kadang manis, pahit getir juga pernah dirasa,,,

Tapi, hidup itu indah dan penuh anugrah..
Ketidak pastian dan ketidak tentuan itu,,
Semua adalah hiasan,,
Hiasan dalam satu bingkai perjalanan sejarah manusia..
Menjadi rajutan benang alam tingkah manusia..

Diri tak kuasa membayangkan jika hidup selalu indah,
Andai hidup bergelimang harta,
Bila hidup melulu susah,
Dan pabila hidup penuh dengan siksa…


Tuhan begitu adil,
Tapi sering kita lalai akan keadilan yang telah diberikan..
Dari sini kita dianjurkan untuk belajar,
Belajar membaca dan menerjemahkan sabda…
Segala yang diberikan tidak datang dengan percuma,,
Semua pasti ada anugrah,,
Meski itu berupa musibah,,,
Ini kesempatan yang telah diberikan tuhan..
Titah agung Yang Maha Kuasa…

Biarkan diri sejenak berfikir,
Karena berfikir,
Memberi kesempatan untuk mendapat sumber kekuatan..
Biarkan diri luang sebentar untuk membaca,,
Karena memberi kesempatan bersikap bijaksana..
Biarkan diri santai bermain dan canda tawa,,
Karena memberi kesempatan untuk awet muda…
Dengan berbagai alunan musik indah dalam jiwa..
Biarkan diri tertunduk diam,,,
Karena memberi kesempatan berdialog dengan Sang Kuasa..
Biarkan diri bertindak peduli,,
Karena memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan sesama..
Biarkan diri melamun dan berkhayal,,
Karena memberi kesempatan membaca masa depan yang cemerlang..
Biarkan diri bersimpuh tertunduk berdo’a,,
Karena do’a memberi kesempatan untuk menjemput kekuatan,,
Kekuatan terbesar yang diberikan Tuhan,,
Kekuatan untuk mengarungi perjalanan bahtera kehidupan…

Semua kan berujung bahagia,,,
Tatkala kita selalu pasrah pada kehendak yang kuasa..
Karena pasrah bukanlah menyerah,,,
Dan selalu baik sangka atas segala kesempatan yang ada..

Senin, 06 September 2010

TUHANKU BUKAN YANG DI ATAS

Oleh Hamzah guna wijaya, selasa 07 september 2010 jam 12.00

Saat cahaya matahari datang bersama dengan tetesan embun pagi….
Saat itu pula nikmatmu masih engkau berikan….
Nikmat melihat pemandangan indah alam ciptaanmu….
Nikmat berdiri diatas bumi gemah ripah loh jinawi milikmu….
Nikmat bertahan di bawah langit luasmu…..
Langit yang menunjukkan secuil ke agungan dan keesaanmu…
Langit yang terhampar luas tanpa disanggah satupun tiang menancap dibumi…
Dan nikmat tiada tara, ,
Engkau masih memperpanjang SIM ku ( Surat Izin Menghirup udara)..

Tapi, sering kenikmatan itu melalaikanku pada kuasa dan eksistensimu…..
Aku tau engkau ada tapi tak terlihat,,,
Aku tahu engkau ada dan kau melihat…
Karena kau Maha Mengetahui, kau Maha Melihat,
Dan kau Maha segala-galanya,,,,

Kau melihat segala-galanya, dan tahu semua yang ada dimana-mana,,,
Tuhan Kau sungguh dekat,,,
Karena keberadaanmu bukan “diatas”,,,,
Seperti banyak orang berkata,,
Banyak insan coba menggambarkan posisimu…
“takdir apa kata yang diatas”
“ semua kehendak yang diatas”
“kehidupan kita sudah di gariskan yang diatas”,,,
Siapa yang mereka maksud???
“siapa yang berada di atas”….
“di atas mana”,, ditempat yang tak jelas…

Sungguh engkau berada tak jauh dari kita,,,
Engkau Maha segalanya, dan sangat dekat dengan makhluk yang kau cipta…
Sungguh dekatnya, jeritan, harapan, dan do’a yang terpanjat dalam hati pun,
Engkau dapat mendengarnya bahkan kau langsung menjawabnya,,,,,,
Dengan jawaban yang nyata….




Karena engkau bukan “diatas”, seperti yang mereka katakan…
Tapi engkau telah memberi tahu pada kita semua,,,
kalau engkau sangat, amat dan begitu dekat…
bahkan lebih dekat dari urat nadi kita…
itulah informasi yang kau tautkan pada tinta abadi kitab suci…..

“Allah itu dekat dan bahkan lebih dekat dari urat nadi kita”…..

Thanks...