Ada satu hal yang tidak akan mungkin terjadi di dunia ini, yaitu "Sesuatu yang belum pernah dicoba",Semoga Bermanfaat....
Jumat, 01 Juni 2012
AKU, SIRINE DAN BOCAH PENJUAL KORAN
Ku awali bulan juni dengan meng-enjoy-kan diri. Kalau di hari-hari sebelumnya, aktifitas pekerjaan aku awali jam 08.00 dan aku harus sudah berangkat jam 07.30, maka lain lagi yang aku lakukan hari ini jum’at 01 Juni 2012. Aku mulai berangkat 06.30, satu jam lebih awal dari schedule rutin. Entah kenapa aku memiliki niat seperti itu, yang jelas aku mencoba meng-alihkan pikiranku dari “kepenatan-kepenatan” yang aku alami tadi malam. Kepenatan???, emang kepenatan apa??? Yaaa, penat otaknya, penat ototnya dan yang utama penat hatinya, hehehe (just kidd). Maka dari itu aku ingin beraktifitas lebih awal. Aku hanya ingin mencari peralihan sementara dari fasa jenuh yang aku alami, dari hati dan tubuh yang mulai lunglai. Semalam pun rasanya sulit aku menidurkan diri. Tapi biarlah, akan kupendam keletihanku dengan semangat udara pagi hari ini.
Tanpa ada niatan harus diarahkan kemana laju Jupiter L-4576-Y ini, aku berkendara sesuka-suka hatiku. Tujuanku pertama adalah kantor, di daerah prapen, sesampainya didepan kantor aku celingukan keparkiran kantor, situasi masih sepi, Jelas saja karena memang belum waktunya masuk kerja. Kulanjutkan laju motorku hanya untuk “thowaf” mengelilingi prapen dan jemursari. Yaa itung-itung sekedar mencari udara pagi ditengah “pohon-pohon berakar besi”. Kuamati saja jalanan yang aku lewati, mulai dari para pedagang asongan, penjual Koran, orang-orang yang menuju kantornya masing-masing, orang-orang yang ngopi dsb. Tapi ditengah pengamatanku yang cukup tenang dan menyenangkan, tiba-tiba suara sirine polisi yang sangat keras membuyarkan keteduhan pagi itu.
Akupun sedikit terkejut tapi masih bisa berkendara dengan aman. Kuamati saja konvoi para aparatur Negara itu. Mereka melaju dengan semangat yang tinggi setinggi nada melodi sirine yang dibunyikan. Sekitar 7 motor pengaman rombongan mengawal mobil berwarna merah, yang menurutku dia adalah para pejabat pemerintahan atau orang penting dijajaran direksi utama suatu perusahaan, aaah….. entah siapa yang ada didalam mobil merah itu, aku tak seberapa perduli, karena aku juga belum pernah berkenalan, tapi yang pasti dia bukanlah rakyat jelatah seperti aku ini.
Rombongan melaju begitu cepat, seakan ia tak pernah mau merelakan waktu sedetikpun yang terbuang sia-sia. Kontan semangat pagiku melaju mengejar rombangan tersebut, hanya ingin menyerap kumparan positif dari semangat gerombolan pagi itu. Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala dan berfikir, betapa berharganya sebuah “kecepatan”. Dunia berputar cukup cepat, zaman berubah begitu dahsyat, kalau kecepatan perkembangan dunia tidak bisa kita imbangi, maka hidup kita akan tertindas oleh gulingan besar perubahan peradaban. Kesempatan, peluang muncul tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, kalau kita tidak bisa cepat menyambaar kesempatan itu, maka orang lain yang akan mengambil kesempatan itu. Semua butuh kecepatan, tapi cepat bukan berarti tergesa-gesa. Cepat adalah bisa menggunakan waktu dengan tepat tanpa harus menunda-nunda. Perlahan-lahan suara itu dihamburkan oleh bentangan jarak dan hembusan angin, semakin lama, semakin lirih dan semakin tak terdengar. Tapi aku masih konsisten menyimpan semangat kumparan positif dari tegasnya harmoni sirine itu.
Terus saja motor aku pacu dengan kecepatan relatif santai menuju arah plasa marina, selama perjalanan itu, aku hanya bisa tertegun kagum melihat semangat tinggi dan kegigihan orang-orang yang aku temui.
Sepanjang jalan ketika aku melihat pedagang apapun saja, aku hanya bisa berdoa semoga diberi kemudahan dalam dagangannya, semoga “laris” dagangannya. Sebatas itu yang aku bisa. Apalagi waktu itu hari jum’at “sayyidul ayyam” rajanya hari, entah Tuhan mengabulkan atau tidak do’aku tadi, itu murni menjadi Hak Prerogative Tuhan. Malu rasanya ketika melihat mereka dengan semangat tinggi menjajakan dagangannya. Ada yang baru membuka lapak tokonya, ada yang menunggu warung dengan sedikit memejamkan matanya, mungkin karena toko itu layaknya indomart yang buka 24 jam, tapi bedanya hanya bapak itu penjaganya, sehingga harus bertarung dengan rasa kantuk yang dialami tanpa harus ada yang menjadi penggantinya. Aku hanya bisa menghela nafas. Terus saja aku berjalan, dan aku temui seorang anak lelaki kecil penjual Koran. Kalau dilihat dari postur tubuhnya, kira-kira anak itu berumur sekitar 9-10 tahun, waktu yang seharusnya ia gunakan untuk mencari ilmu. Terlepas dari itu dalam batinku hanya bisa bergumam, “semoga engkau dapat ilmu pengganti lewat kehidupanmu yang kau jalani dik”. Ku hentikan saja motorku dan ku panggil anak itu, “berapa korannya dek”, tanyaku. “4000 mas”, jawabnya dengan lembut. Aku keluarkan saja uang yang ada disaku (semoga bisa buat tambahan beli es, sekedar untuk membasahi tenggorokan saat dahaga mulai datang, pikirku), “bawa saja semua dik”. “terimakasih mas” sahutnya. Aku hanya bisa mengatakan “sama-sama dik, semoga laris”.
Spontan aku merasa diingatkan oleh si kecil tadi, aku menjadi murid dan dia menjadi guruku. Dia mengajarkan ketekunan yang harus ditmpilkan untuk menjualkan lembaran-lembaran informasi yang dipanggulnya. Dia mengorbankan waktunya sebagai seorang bocah, dia harus rela bertarung dengan kerasnya kehidupan, saat siang menjelang ia juga harus ikhlas bergelut dengan debu dan panasnya jalanan kota. Aku jadi teringat lagu dari Kang Iwan Fals berjudul –Sore Tugu Pancoran- ak“Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu, anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu, dipsa pecahkan karang lemah jarimu tergepar”. (Suatu saat kamu akan menuai buah manis dari perjuanganmu saat ini dik). Semoga……. Amiiiin.
Tak ada keluhan sedikitpun yang tampak diraut wajahnya. Aku merasa malu dengan diriku sendiri, seringkali aku mengeluhkan atas apa yang aku alami, padahal tidak sebegitu kompleks jika dibandingkan dengan kehidupan bocah itu. Si adik mengajarkanku tentang sebuah rasa syukur dan ikhlas. Bagaimanapun kondisi yang dialami, jalani saja tak usah banyak mengeluh, “mengeluh juga membutuhkan energi”, daripada energi hanya dialihkan pada proses keluh mengeluh lebih baik energi itu ditransferkan untuk aktifitas-aktifitas yang jauh lebih bermanfaat. Kalaupun Problem yang kita hadapi, biarkan energi dicurahkan untuk fokus pada solusi ketimbang fokus pada masalah.
“Bagiku, Hal yang paling membahagiakan adalah kita bisa mensyukuri sekecil apapun yang kita dapat dan mengikhlaskan segala sesuatu yang belum ditakdirkan untuk kita dapat”. Kesimpulan pagi itu adalah, aku semakin yakin jika kita memulai hari dengan senyum kebahagiaan dan semangat yang positif, maka aktifitas selama sehari yang kita jalani akan semakin menyenangkan. Biarlah tekanan-tekanan yang kita temui menjadi penyeimbang dinamika hidup, tak usah disesali, semua pasti ada jalan keluarnya. Tetap semangat dan optimis.
“Beda orang optimis dan pesimis adalah, orang pesimis -membiarkan sesuatu terjadi-, sedangkan orang opotimis -membuat sesuatu terjadi-”
…...............Semoga Bermanfaat…...............
foto:http://bladeus.files.wordpress.com/2011/11/polantas.jpg
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Apik mas :D
BalasHapusluar biasa emank mas iki rek.... kapan aku kerjo iki mas? kapan lulus e?
BalasHapus@dyah oktavia: thanks dyah, smoga ada manfaat yang bisa diambil,
BalasHapus@riyan bogel: lha kok takok aq, awakmu pingin lulus kapan lho,,,,
wes ditelateni ae,,, mari2,
mengutip dari artikel iki mas, jare sampeyan " peluang muncul tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, kalau kita tidak bisa cepat menyambaar kesempatan itu, maka orang lain yang akan mengambil kesempatan itu" akhire kesempatan iki tak jukuk mas.... tak lakoni disek, jalok doa ne yo mas?
BalasHapus