Minggu, 18 Mei 2014

"Kita" Tanpa Sastra

Kenapa juga beribu puisi yang tearangkai dari kreatifitas sastrawan, 
Hancur dan terkalahkan oleh banyolan

Mengapa juga indahnya bait,
Tersungkur oleh sederhananya goyang itik,

Kenapa juga gegap drama teater,
Terkubur oleh gempita sinetron puter

Mengapa yaa cerdasnya ludrukan, ketoprakan, harus digilas oleh mabok goyang oplosan,

Cukup dengan kata "Pertinyi inyi", jadi terkenal,

Hanya dengan "bang jali", sudah menjadi sauri tauladan tertinggi

Sastrawan sejati rasanya cukup sulit terkenal,
Karena bagi media sama sekali tidak menjual

Pesona berita bukan lagi tentang esensi, tetapi cukup menarik membahas sensasi

Mungkin acara-acara saat ini "Sangat Amat MENDIDIK Sekali"
Terbukti dari rating dan intensitas tayangannya yang masih tinggi

Gizi otak kita rasanya sudah terpenuhi
Dengan asupan acara yang dihadirkan oleh tipi

Yang berkuasa adalah yang bersedia menghancurkan citra dirinya,
Yang dikenal adalah mereka yang ikhlas mendeskonstruksi moral

Rating tinggi karena memang kita yang menghendaki,

Acara bertahan karena memang kita yang menginginkan

Yang menghadirkan kekasaran sastra, Yang menciptakan kerusakan bahasa,
Yang menghilangkan keluwesan kata,
Bahkan yang menghancurkan kelembutan rasa,

Bukan siapa siapa,
Barangkali ternyata itu adalah kita
Yang masih saja setia dan bermesraan dengan tayangannya
Meski, Tanpa sadar hal itulah yang membuat makin tinggi ratingnya

Itu saja.....


Salam,
Semarang, Mei 2014

Linchip

Ilustrasi Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinE_cytcTeJWrNhkwcLFRLhc3eVKV-WceCv-mi8Ad-7B7syOZye0hV2FhNjZzY5xPrS7kYJ67RUtp0dU7DdJO6AP_YctT79ozYt8mbnBq7zau7Gdwh-yResnIwqTo29jsBvacx8TuzDnU/s1600/mass+media-32_podborka_kreativn.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks...