FTIR.....
Instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi infra merah pada berbagai panjang gelombang disebut spektrofometer infra merah (Fessenden F, 1997). Bila sinar infra merah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik, maka sejumlah frekuensi diserap sedangkan frekuensi yang lain diteruskan atau ditransmisikan tanpa diserap. Molekul-molekul alkana hanya menyerap sinar infra merah pada frekuensi tertentu jika di dalam molekul ada transisi tenaga yaitu sebesar (Delta E = hv). Transisi yang terjadi di dalam serapan infra merah berkaitan dengan perubahan-perubahan vibrasi di dalam molekul. Itulah sebabnya spektroskopi infra merah merupakan spektroskopi vibrasi. Ikatan-ikatan yang berbeda (C-C, C=C, C=-C, C-O, C=O, O-H, N-H, dsb) mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda dan kita dapat mendeteksi adanya ikatan-ikatan tersebut dalam molekul organik dengan mengidentifikasi frekuensi-frekuensi karakteristiknya sebagai pita serapan dalam spektrum infra merah (Sastrohamidjojo, 1991).
Salah satu hasil kemajuan instrumentasi IR adalah pemrosesan data seperti Fourier Transform Infra Red (FTIR). Teknik ini memberikan informasi dalam hal kimia, seperti struktur dan konformasional pada polimer dan polipaduan, perubahan induksi tekanan dan reaksi kimia. Dalam teknik ini padatan diuji dengan cara merefleksikan sinar infra merah yang melalui tempat kristal sehingga terjadi kontak dengan permukaan cuplikan. Degradasi atau induksi oleh oksidasi, panas, maupun cahaya, dapat diikuti dengan cepat melalui infra merah. Sensitivitas FTIR adalah 80-200 kali lebih tinggi dari instrumentasi dispersi standar karena resolusinya lebih tinggi (Kroschwitz, 1990).
Spektroskopi digunakan untuk maksud identifikasi daerah inframerah dalam pekerjaan kuantitatif. Daerah tengah inframerah diabsorbsi dalam kisaran frekuensi antara 400 – 4000 cm-1. Sampel yang biasa digunakan adalah dalam bentuk film tipis, dan dalam bentuk ion monokromatik yang tak terabsorbsi dalam inframerah. Gugus fungsi seperti rantaihidrokarbon, gugus karboksi dan rantai polioksietilen terabsorbsi pada frekuensi tertentu. Spektra inframerah dapat diperoleh hanya dalam beberapa menit dan dapat menghasilkan banyak sekali informasi tentang tipe tipe gugus yang ada, tetapi tidak dapat menjelaskan apakah dua gugus yang berada ada dalam molekul yang sama atau berbeda. Alat ini dengan resolusi rendah cukup memadai untuk pekerjaan finger print (Albertson, 1995)
Sistem analisis spektroskopi infra merah (IR) telah memberikan keunggulan dalam mengkarakterisasi senyawa organik dan formulasi material polimer. Analisis infra merah (IR) akan menentukan gugus fungsi dari molekul yang memberikan regangan pada daerah serapan infra merah. Tahap awal identifikasi bahan polimer, maka harus diketahui pita serapan yang karakteristik untuk masing-masing polimer dengan membandingkan spektra yang telah dikenal. Pita serapan yang khas ditunjukan oleh monomer penyusun material dan struktur molekulnya. Umumnya pita serapan polimer pada spektra infra merah (IR) adalah adanya ikatan C-H regangan pada daerah 2880 cm-1 yang sampai 2900 cm -1 dan regangan dari gugus fungsi lain yang mendukung suatu analisis material (Hummel DO, 1985)
Formulasi bahan polimer komersial dengan kandungan aditif bervariasi sebagai kandungan pemplastis, pemantap dan anti oksidan, memberikan kekhasan pada spekturm IR nya. Analisis IR memberikan informasi tentang kandungan aditif, panjang rantai, dan struktur rantai polimer. Disamping itu, analisis IR dapat digunakan untuk karakterisasi bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan rangkap pada rantai polimer. Gusus lain yang menunjukkan terjadinya degradasi oksidatif adalah gugus hidroksidasi dan karboksilat (Harjono, 1991)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar