Sabtu, 17 Desember 2011

INSTRUMEN TGA

Thermo- Gravimetric Analysis (TGA)
Analisis termal dalam pengertian luas adalah pengukuran sifat kimia fisika bahan sebagai fungsi suhu. Penetapan dengan metode ini dapat memberikan informasi pada kesempurnaan kristal, polimorfisma, titik lebur, sublimasi, transisi kaca, dedrasi, penguapan, pirolisis, interaksi padat-padat dan kemurnian. Data semacam ini berguna untuk karakterisasi senyawa yang memandang kesesuaian, stabilitas, kemasan dan pengawasan kualitas. Pengukuran dalam analisis termal meliputi suhu transisi, termogravimetri dan analisis cemaran. Teknik-teknik yang mencakup dalam metode analisis termal antar lain, Thermal Mechanical Analysis (TMA), Differential Scanning Calorimetry (DSC) dan Thermal Gravimetric Analysis (TGA). Data yang di peroleh dari masing-masing teknik tersebut digunakan untuk memplot secara kontiyu dalam bentuk kurva yang dapat disetarakan dengan suatu spektrum yang dikenal dengan sebagai termogram (Martianingsih, 2010).
Analisis TGA merupakan penentuan kualitatif perubahan berat sampel dengan perubahan temparatur. Kurva termogram merupakan karakteristik dari senyawa atau material karena adanya transisi fisika dan reaksi kimia yang terjadi selama adanya perubahan temperatur. Perubahan berat merupakan hasil dari pembentukan dan pemutusan ikatan fisika dan kimia. Proses ini mungkin menghasilkan produk volatil atau pembentukan produk reaksi dimana terjadi perubahan berat sampel (Willard, 1988).
Analisa TGA juga dapat difahami sebagai suatu metode dinamik yang didasarkan pada hilangnya berat sampel yang diukur secara kontinyu sebagai fungsi temperatur pada kecepatan tetap atau sebagai fungsi waktu. Aplikasinya adalah untuk menentukan kemurnian sampel, mempelajari degradasi termal,dan kinetika kimia (West, 1992). Informasi yang didapat dari analisis TGA adalah mengetahui stabilitas termal dan komposisi sampel. Analisis termal ini didasarkan pada fungsi temperatur. Perubahan temperatur dan reaksi selama pemanasan digunakan untuk menentukan kemurnian sampel (Willard, 1988).
Metode TGA yang banyak diterapkan didasarkan pada pengukuran bobot yang kontinyu terhadap suatu neraca sensitif (disebut neraca panas) ketika suhu sampel dinaikkan dalam udara atau dalam dalam atmosfer yang inert. TGA ini dinyatakan sebagai TGA nonisotermal. Data dicatat sebagai termogram bobot versus temperatur. Hilangnya bobot bisa timbul dari evaporasi lembab yang tersisa atau pelarut, tetapi pada suhu-suhu yang lebih tinggi terjadi dari terurainya polimer. Selain memberikan informasi mengenai stabilitas panas, TGA bisa dipakai untuk mengkarakterisasi polimer melalui hilangnya suatu entitas yang diketahui. TGA juga bermanfaat untuk penetapan bahan pemlastik dan bahan-bahan tambahan lainnya. Suatu variasi dari metode TGA adalah mencatat kehilangan bobot dengan waktu pada suhu konstan (TGA isotermal). TGA ini kurang umum dipakai daripada TGA nonisotermal. Instrumen-instrumen TGA modern memungkinkan pencatatan termogram-termogram pada kuantitas mikrogram bahan. Beberapa instrumen didesain untuk mencatat dan memproses data DSC dan TGA sekaligus dan bisa juga digunakan untuk analisis kromatografi gas dan/atau spektrometri massa terhadap produk-produk degradasi yang terjadi (Steven, 2001).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks...