Jumat, 26 Desember 2014

Kasih: Memiliki Kehilangan, Mencumbui Kesedihan

Malam ini begitu syahdu, yang terbayang entah kenapa mayoritas hanya sosok dirimu. Berapa hari sudah ku jalani alur kehidupan ku dengan bercumbu pada halusinasi yang tak pasti.

Aku rasa momentumku terlambat, ternyata aku belum cukup dewasa memeluk perasaanku tentangmu. Tapi barangkali ini yg dinamakan konsekuensi cinta, harus bertahan, dari perasaan yang belum mampu terungkapkan.

Saat itu, saat yang lampau, Kulalui hari-hariku dengan menguntit dibelakangmu. Mencoba mencari perhatian darimu, dan berusaha apapun caranya bisa dekat denganmu.

Sungguh diawal pertama kali aku berkenalan denganmu, sedikitpun aku tak pernah berfikir melepasmu. Tetapi yang terjadi layaknya manusia biasa, tak mampu berlogika dengan hukum cinta. Aku mencintaimu sejak "dulu" hingga saat waktu berjalan hampir memisahkan cerita kita. Tanpa kusadari detak detiknya, hanya beberapa bulan aku memendam rasa ini, membatasi hatiku dengan cinta sedalam-dalamnya.

Begitu berharganya sebuah kebersamaan, hingga baru kusadari, setelah intensitas mulai berkurang.

Kutemukanmu dalam sunyi malamku. Coba perlahan ku hibur diriku dari cinta yang terluka. Meski ku tahu itu sia-sia. Air mata yang terkulai tak seharusnya membasahi pipi, tapi apa daya hati memang sukar diajak berkompromi. Sebenarnya akupun tak kuasa berada disampingmu, memaksamu yakin dan menuntut mantabnya hatimu, tak kuat aku melihatmu gusar, sesak, lemas, menahan rasa yang tak mampu dipaksa. Biarlah ruang sunyi dan alas yang suci, menjadi saksi bisu atas rindumu pada seseorang dan diamnya rinduku padamu.

Kini kamu sudah bisa lega, kamu sudah bisa jalani kehidupan yang lebih damai, lebih tenang, tak ada lagi siapapun yang akan merepotkan dan mengganggumu lagi.

Lembar baru harus kau torehkan, sedangkan aku, harus rela menyiapkan rak dalam hatiku demi menampung lembaran lama bersamamu. Kusiapkan dengan tangan lemas dan bergetar, kutata rapi demi tulusnya rasa ini atasmu. Ini memang saatnya, aku harus menahan sedih yang sudah tak lagi bertuan. Dan barangkali, kesedihan itu yang saat ini aku butuhkan.

Entah kenapa peristiwa ini harus aku alami, kenapa bukan dari dulu saja semua segera diakhiri, kenapa aku harus terlebih dulu menemui kemesraan bersamamu, kenapa begitu intim kedekatan yang kau bangun saat itu, kenapa aku hanya menjadi "persimpangan" atas jalan yang kau lalui, jalan untuk menemui pelabuhan terakhirmu, kenapa harus aku, andai saja aku tahu, maka aku tak akan berspekulasi masuk dalam rongga hatimu, Jika ternyata, harus seperti ini, semua diakhiri.

Kenapa, kenapa setelah sejauh ini, kau sampaikan keputusan yang.... Ahh sudahlah, hal ini juga tidak bisa merubah apa-apa, selain Kuasa Sang Pembolak-balik hati.

Satu malam aku renungkan, dengan khusyuk aku bertahan. Ternyata sungguh bodoh pertanyaan seperti itu aku tanyakan, sungguh lancang jika aku harus menyalahkanmu, apalagi sampai berani aku menghardik Takdir Tuhan. Permenunganku berhasil membawaku pada satu ilmu yang mendasar.

"Jika kamu bahagia, sediakan waktu untuk bersedih, jika kamu bersedih luangkan masa untuk mencari hikmahnya".

Kamu berhasil mengajariku tentang 2 hal: tentang arti pasrah dan kesetiaan.

Pasrah, memang karena ada Tuhan yang berhak membolak balikkan hati hamba-Nya sesuai kehendak-Nya. Kita tak patut menuntut apapun dalam doa, karena Tuhan punya banyak cara untuk menyayangi hambanya. Pasrah, Itu saja.

Setia, kesetiaan memang tak bisa lahir secara instan, butuh kedewasaan untuk menjalankan. Jika kita kehilangan sesuatu, seseorang, peristiwa atau apapun saja, maka pastikan bahwa kita tidak kehilangan ilmunya. Kesetiaan itu tidak harus memiliki, jika kau setia dan berkomitmen untuk membuatnya bahagia, apapun hasilnya, jadikan dia bahagia, jaga hati dan perasaannya. Jangan buat dia sedih, karena aku pun yakin dia akan menjagamu sebaik yang ia mampu, ia juga tak akan pernah berniat menyakitimu. Dia baik, kamu baik, maka cintamu terukir abadi. Yaaa, Kesetiaan, setia dalam ikhlas, Itu saja.

Terlalu susah bagi manusia biasa mengartikan cinta, yang jelas yang aku tahu, pernikahan karena cinta akan berlangsung seutuhnya dan selamanya.

"Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya"
Aku pernah merasa memilikimu, sehingga kehilangan itu yang aku rasa. Pada akhirnya aku tahu, bukan kamu yang kumiliki, tapi kehilangannya lah yang aku miliki. Memiliki kehilangan.

Ternyata aku tidak boleh hanya sekedar menulis, memang aku harus mampu memahami, kalimat yang sering aku gemborkan, "bahwa apa yang kita ingin belum tentu kita dapat".

Aahhh. Sudahlah, sudah tak kuat kulanjutkan tulisan ini,,, Semua sudah kamu putuskan, tak ada dendam, tak ada amarah, yang ada hanya sebuah kenangan, kenangan indah bagiku, entah bagimu...

Maaf atas salah yang pernah ada, Terimakasih ya "Us*"  untuk apapun yang selama ini pernah kita jalani...

Semoga hubungan kalian berjalan langgeng, setia dan penuh keberkahan.

Pekanbaru, 26 Des 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks...