Minggu, 22 Juli 2012

LAIN KESADARAN, LAIN PULA KETAATAN



Aaahhh
, rasanya sumpek tiap hari harus mendengarkan dan melihat tontonan tanpa sutradara, parody tanpa ujung cerita. Televisi pun memberi pertunjukan untuk kabar yang itu-itu saja, tetap sama, tanpa ada variasi berita. Korupsi, kolusi selalu menempati halaman paling depan pada tataran surat kabar. Wisma Atlet, Proyek Hambalang, Tertangkapnya proses penyuapan Kepala Kantor Pajak Bogor, sampai yang paling ramai dibicarakan adalah kasus dugaan penyelewengan dana pengadaan Al-qur’an. Meskipun kasus ini masih dibutuhkan penyelidikan yang cukup mendalam dan proporsional, serta kajian-kajian yang cukup serius untuk mengungkap kenyataan yang terdeteksi, akan tetapi mindset kita sudah hampir digiring pada kondisi sosial politik Negara yang bisa dibilang cukup mengenaskan. Belum lagi para pelaku yang terungkap adalah anak-anak ibu pertiwi yang masih muda dan baru saja dilahirkan di dunia. Aku cukup bergumam (sungguh “Hebat” ibu pertiwi ini).

Ada sebuah guyonan dalam salah satu forum diskusi religi dan sosial. “Setan saja sudah putus asa menggoda Bangsa Indonesia”, lha kok bisa? Ya, setan sudah tidak lagi mampu menggoda Bangsa Indonesia. Instruksi yang diberikan setan sudah tidak lagi didengar oleh Masyarakat Indonesia. Setan pun berjalan terlampau lunglai, dia tidak ingin lagi bertahta di Negeri Pertiwi. Karena kerajaan setan dan petinggi-petingginya, sudah tergusur oleh cerdasnya dan tingginya tingkat keilmuan para pemimpin Indonesia. Ketika setan menyeru supaya mencuri uang 200.000 ternyata yang sudah dicuri 2.000.000, tatkala setan menyuruh pemimpin Indonesia korupsi 3 Milliar, ternyata orang yang diperintahkan sudah terlebih dahulu korupsi 3 Trilliun. “capeeeek deeech”, urai si pemimpin Setan. Bukan, bukan sok bersih aku menulis ini, tapi lebih dari itu, mari kita mentadabburi, mempelajari, dan memahami kondisi yang ada sebagai salah satu bentuk instropeksi menuju jalan yang Hakiki. Semoga!!!

Aku bukan orang yang memiliki pijakan keilmuan tentang dunia politik dan ranah perhukuman, aku juga bukan anak muda yang memiliki landasan berfikir tentang tata kelola pidana. Aku tak punya argumentasi logis tentang siapa yang benar dan siap pula yang patut dipersalahkan. Tak mampu mulut ini berujar, mengkritisi sana dan sini layaknya para pengamat politik dan para politisi. Aku sebatas faham, kehidupan berjalan berdasarkan siklus timbal-balik. Siapa yang melakukan dia pula yang akan mempertangungjawabkan, sedikit pula aku memahami Hukum ke-II Newton tentang aksi-reaksi, siapa ber-aksi dia pula yang akan menikmati reaksi. Aku juga sebatas mendengar pesan orang-orang tua terdahulu, sopo seng nandur bakalan Panen. Yaa semua yang terjadi hanyalah manifestasi dari hukum KAUSALITAS alias Hukum sebab akibat, siapa yang menyebabkan dia pula yang harus menerima akibatnya. Tergantung dari masing-masing individu, ketika mengharapkan reaksi dan tanggapan positif, mau tidak mau segala bentuk aksi yang dilakukan harus berpotensi memberi manfaat yang sebesar-besarnya. Jangan menyebabkan sesuatu yang akan meng-akibatkan penyesalan dikemudian hari. Jadikan segala bentuk aktifitas yang kita jalani saat ini memiliki efek moral yang positif untuk esok harinya. Nah, aku pun yakin jika pemimpin—pemimpin bangsa sudah terlampau faham akan istilah benar dan salah ini, tapi kenapa pemberitaan negatif masih saja menyelimuti???.

Mungkinkah Kesadaran yang belum ada?, Eits, jangan salah, mereka sudah cukup pintar menafsirkan segala dalil keagamaan, tentang sebuah etika berpolitik. Mungkinkah karena pengetahuan dan keilmuan? Ku rasa bukan itu penyebabnya, Para pemimpin Negeri ini tidak bisa diremehkan keilmuannya, mereka dari kalangan akedemisi yang cukup mumpuni, pengalaman organisasinya ada disa dan sini. Atau mungkin tentang Pemahaman? Aku rasa juga tidak, mereka yang “disana” sudah sangat faham dan sangat berpengalaman atas study-study kasus yang membutuhkan solusi tepat, dan mereka mampu menyelesaiakan dengan tanggap. Atau lebih dalam lagi? Lantas apa?, mungkin saja satu hal yang sering dilalaikan. Yaitu tentang sebuah KETAATAN. Banyak orang SADAR tapi sangat sedikit yang TAAT. Tingkat kesadaran kita ternyata masih berada jauh di bawah ke-Taatan. Jangan hanya memposisikan diri ini pada taraf kehidupan yang sadar, tetapi TAAtilah kesadaran itu. Pemimpin negeri kita, sudah faham, sudah mengerti, sudah sadar bahwa yang namanya korupsi akan menyusahkan rakyat kecil, korupsi juga merupakan bentuk pengkhianatan yang terstruktur terhadap rakyatnya, mereka juga tahu betul bahwa kecurangan kolusi akan mengantarkan pada “rumah impian berjeruji besi”, Tapi sayangnya mereka tidak berada pada kualitas yang menempaati posisi tertinggi Yaitu kualitas Taat. Seringkali "kesadaran" menjadi korban kelalaian dan ketidakpedulian terhadap sesamanya, sehingga itulah yang menyebabkan kesadaran hanyalah sebuah kesadaran tanpa mampu menjelmakan dirinya menjadi sebuah KETAATAN.

Ibarat kehidupan jalanan, kecelakaan banyak terjadi disana-sini itu akibat sang empunya hanya mampu menyadari sebuah peraturan tapi belum mampu menyiapkan dirinya untuk bisa mentaati. Perlu difahami, kehidupan sosial, berpolitik, bernegara, hanyalah sebuah pengembaraan singkat yang harus dijalani. Samping kanan dan kiri, depan maupun belakang, pasti terdapat pemandangan-pemandangan yang bervariasi, perbedaan-perbedaan yang menghiasi, cobaan ada disana-sini, tidak perlu khawatir, tidak perlu ditakuti, semua perlu dihadapi. Dalam kehidupan ini, setiap saat, setiap kali kita melangkah pasti ada rambu-rambu yang membatasi. Kalau tidak hati-hati kita meniti, celaka akan menjadi sebuah bukti. Maka dari itu, dibutuhkan pemahaman yang jauh lebih mendalam tentang arti sebuah ketaatan, bukan hanya sekedar kesadaran.

Sebagai penutup, ada pantun asal-asalan, asal buatnya, asal pula konotasinya, asal mau membaca ya syukur, asal mau menambahi ya terimakasih,


“Lain orang lain pemahaman,
Lain pimpinan lain kebijakan.
Setiap kebaikan tidak akan berbuah kesengsaraan
Asalkan dia TAAT pada kesadaraan yang dianugerahkan”.

……………….Semoga Bermanfaat ………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks...