Kamis, 29 Maret 2012

“Lemah Iman-KU" Hadapi Kenaikan BBM…



Sungguh aku bersyukur bisa lahir dan hidup di tanah gemah ripah loh jinawi ini. Kesantunan serta perhatian orang-orang disini cukup besar. Baik kepada tetangganya, orang-orang jauh yang tak dikenalnya, kepada pemerintahanya, dan kepada siapa saja tanpa ada tirai pembeda dalam hidupnya. Saat ini aku tengah merasakan dan menikmati kemesraan dan perhatian masyarakat bangsa ini kepada pemerintahanya. Akhir-akhir ini gegap gempita kenaikan Harga BBM menjadi salah satu tranding topik dan indikatornya. Masyarakat dari kasta sosial yang berbeda turun kejalan. Kaum terpelajar Mahasiswa, Buruh, Petani, pengayuh becak, nelayan dsb dengan kesatuan hatinya telah bertekad menunjukkan perhatian khusus kepada pelaku kekuasaan.


Sangat mustahil apabila Negeri Indonesia ini akan mengalami keruntuhan sistem dan perilaku yang sedemikian parah buruknya, dan menyebabkan terjadinya puncak amuk dan anarkisme sosial. Sangat-sangat mustahil. Aku berani mengatakan bahwa apa yang terjadi saat ini bukan amuk sosial, itu berdasarkan pertimbangan bahwa, Indonesia ini memiliki dan dipimpin oleh sedemikian banyak pemuka yang alim-alim, pemikir yang cemerlang, generasi yang cerdas, yang paham segala macam keilmuan dan menggendong begitu besar kehebatan pengetahuan, memiliki jutaan referensi buku yang tebal-tebal, yang rumah dan gedungnya menjulang amat tinggi menyentuh peradaban langit, yang kebijaksanaan logikanya mengalahkan dinamisasi perkembangan zaman. Jadi hal-hal kecil yang terjadi akibat kenaikan BBM seperti saat ini hanyalah pentas teater yang terjadi di panggung ibu pertiwi. Tak perlu resah dengan adanya keributan ini. Ini hanya pementasan kecil sebagai penghibur kejenuhan yang selama ini terjadi.


Aku mengatakan gegap gempita itu sebagai perhatian, bukan sebuah bentuk kebencian. Mereka yang aksi adalah mereka yang sangat sayang kepada rumahnya. Amat tidak mungkin masyarakat melakukan aksi jika mereka tidak sayang kepada bangsanya. Orang peduli karena orang itu perhatian kepada siapapun yang disayangi. Aku bersyukur masih ada orang-orang yang mengorbankan waktunya dan merelakan tenaganya untuk memperhatikan kepentingan yang jauh lebih besar dibandingkan dirinya sendiri. Lantas apakah orang yang tidak melakukan aksi, mereka tidak sayang???, bukan, bukan begitu maksudku, jawabannya akan aku jelaskan di alenia selanjutnya, Sabaaar!!!.
Sudah sewajarnya setiap keputusan memberi tanggapan yang beragam. Positif maupun negatif. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan memiliki proses analisa yang panjang terkait perekonomian bangsa dikancah nasional maupun internasional. Jika tak dinaikkan maka Negara akan nomboki triliunan rupiah, yang seharusnya bisa dialihkan untuk keperluan yang lainnya (begitulah kira-kira pertimbangannya). Sedangkan Masyarakat sebagai pelaku kebijakan, merasa terdzolimi dengan keputusan yang dianggap tak memperhatikan kesejahteraan. Masyarakat itu cuma bermaksud mengingatkan saudaranya yang terlampau lupa oleh gemerlapnya kekuasaan. Bolehlah dinaik-naikkan asalkan kompensasi dari kenaikan itu bisa menenangkan kegalauan masyarakat. Sungguh cuma itu harapannya….


Terlepas dari pro kontra kebijakan itu, aku hanya mengatakan, diriku diam bukan berarti aku hanya menikmati keributan ini, bukan karena aku tidak berpihak kepada rakyat kecil, dan bukannya aku mendukung keputusan para penguasa, Aku juga bukan pengkritik kebijakan dengan analisa yang sama hebatnya dengan pemerintah. Sungguh aku hanyalah bagian dari masyarakat “kutu” yang tak memiliki kekuatan apapun. Mereka yang sudah mengaktualisasikan hukum sebab-akibat itu adalah mereka yang cukup hebat dengan kemandirian mentalnya. Sedangkan aku yang cukup diam, tak memiliki kuasa apapun dalam mencampuri dan mengganggu kemesraan masyarakat dengan pemerintahnya.
Jika dalam islam, Nabi bertutur kurang lebih seperti ini “ubahlah kemungkaran dengan tanganmu, kalau engkau tidak bisa merubah dengan tanganmu, maka ubahlah dengan mulutmu, jika engkau masih belum mampu dengan mulutmu, ubahlah dengan hatimu, dan itu adalah selemah-lemahnya iman”. Mengubah dengan tangan memiliki pemahaman yang cukup luas, salah satu maksudnya adalah dengan kekuasaan, ya itulah para penguasa. Kalau tidak bisa ubahlah dengan mulutmu, itulah mereka sebagai pengamat kebijakan, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk meringankan penderitaan rakyat dengan kritik dan argumentasi logisnya. Begitu juga halnya aksi turun jalan, itu salah satu bentuk “ijtihad politik” dengan kemampuan mulutnya. Jelas dan sangat gamblang bagiku, bahwa aku tak sedikitpun memiliki kemampuan untuk dua hal tersebut. Yang bisa aku lakukan adalah berupaya dan melakukan “ijtihad politik” terendah, cukup dengan hatiku, meski itu selemah-lemahnya iman, tapi sungguh hanya itulah kemampuanku. Yang kulakukan hanyalah dengan untaian do’a. Do’a inilah hal paling lemah yang menjadi kemampuan tertinggi dalam ranah kemampuan diriku.

Ya Allah, Ya, Robb, Ya Tuhanku , Engkau Maha Kuasa, Engkau Maha Bijaksana, tak ada daya tiada upaya yang bisa hamba kerjakan tanpa keridhoan yang kau beri. Berilah kekuatan kepada bangsaku, satukanlah hati dan raga para saudaraku. Seribut apapun kegalauan yang terjadi saat ini, Aku memohon kepadamu Tuhan, agar kemesraan ini tidak ternodai dengan runtuhnya kasih sayang bangsa ini kepada pemerintahannya. Berikanlah petunjukmu ya Robb, Semoga perhatian masyarakat yang terjadi saat ini tidak terprovokasi oleh hilangnya kesadaran pikiran dan runtuhnya kontrol moral, yang akan mengakibatkan kerugian-kerugian material/non material dilingkungannya. Ya Allah,,, Jagalah bangsa kami dari segala penderitaan yang akan memecah belah peradaban kami, jauhkan bangsa kami dari segala sesuatu yang bisa membuat persatuan bangsa kami terporak-porandakan. Aku panjatkan kepada-Mu ya robb, semoga Engkau tidak marah dengan Negara ini. Serta jadikanlah keutuhan sosial masih tetap terjaga dan terbingkai dalam multikulturalisme bangsa. Robbana Atina Fiddunya hasanah wafil aakhiroti hasanah waqina ‘adzaba an-nar… amiiin.


Gambar dari:http://flexter.myflexiland.com/00003/Odhe/photo/demo_bbm.jpg

2 komentar:

  1. Iku judulnya lbih ccok -iman trlemah saat "bbm naik"

    BalasHapus
  2. wah-wah makasih-makasih cak masukannya,,,,
    mana blognya ini,,, hehehe

    BalasHapus

Thanks...