Ku ucapkan 2 kalimat untuk kalian semua “selamat dan tetap semangat”.
“Selamat” karena kalian telah lulus selama masa pelatihan, “Tetap semangat”
karena sebentar lagi kalian akan memulai pertandingan yang sesungguhnya dan
perlombaan yang lebih nyata. Tetap optimis, jangan pesimis, hadapi dan jalani.
Semoga suatu saat kita kembali dipertemukan dalam lingkaran keberhasilan yang
tak berujung.
Hari Minggu 23
September 2012, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebagai salah satu
institusi pendidikan terbaik di Jawa Timur bahkan di Indonesia tengah
mengadakan resepsi penganugerahan gelar keilmuan yang ke 105 kepada para mantan
Mahasiswanya. Yaaa, Mantan mahasiwa, karena per hari ini setelah diwisuda,
status mereka bukan lagi mahasiswa. Nama mereka pun sedikit lebih panjang
karena 2-3 huruf sebagai gelar tambahan dibelakangnya. Inilah penantian panjang
selama kurang lebih 4 tahun. Waktu yang cukup lama saat dulu dijalani, tapi
menjadi waktu yang relative cepat kalau saat ini direnungi. Setahun yang lalu
aku juga pernah mengalami hal serupa. Saat wisuda 103. Memakai toga dipadu
dengan busana wisuda, kombinasi yang terlihat cukup mempesona. Berkumpul
bersama di Graha ITS sebuah ruangan yang luas nan megah, bertahan menanti
selember Ijazah. Satu persatu Mahasiswa dipanggil maju kedepan, optimis, anggun
menatap penuh kewibawaan. Kami diarak keliling kampus meski hanya dengan
menaiki kereta odong-odong. Tampak wajah adik-adik kelas kami tersenyum
bahagia, dan ikut merasa senang. Entah mereka bahagia karena kami berhasil
lulus kuliah atau kebahagiaan mereka lebih karena kami semua segera sirna,
Hehehehehe.
Bagiku dulu, Wisuda itu, wiiiih sesuatu banget dah. Wisuda menjadi
puncak ceremony paling indah dan nuansa paling istimewa. Diarak kemana-mana,
disambut dengan begitu meriah, dijemput dengan rombongan senyum penuh tawa.
Aaah pokoknya menyenangk`n lah…. Tetapi saat ini setelah dipikir-pikir lagi, Masa
wisuda adalah masa setengah – setengah. Setengah bahagia setengahnya lagi
memendam duka. Setengah senang, setengah lagi remang-remang. Setengah percaya
setengahnya lagi penuh tanda tanya. Yaa itulah renunganku, bahagia karena pada
akhirnya aku bisa lulus kuliah, berduka karena “sangu” keilmuanku belum cukup
matang untuk dijadikan sebagai bekal melangkah. Senang saat aku menerima gelar
keilmuan, remang-remang karena masih bingung mengaktualisasikan pengetahuan. Setengah
percaya dan optimis kalau aku mampu menyelesaikan gelar S1, setengah tanda tanya
karena masih ragu, apakah aku benar-benar punya mutu. Saat ini cukup banyak
orang yang menyandang sederet gelar dibelakang namanya tapi cukup sulit
memastikan kualitas seseorang dari gelarnya. Itu kalau menurutku. Maka dari itu
diawal tulisan ini sedikit aku singgung, bahwa sebenanya ucapan selamat saja
tidaklah cukup, maka dari itu aku tambahkan ucapan tetap semangat. Tetap
semangat menjalani actor yang akan memerankan skenario drama yang sesungguhnya.
Tapi semua orang sudah pasti punya tujuan, yang mana wisuda adalah gerbang awal
untuk melanjutkan perjalanan.
Wisuda bukanlah batas akhir
sebuah pencapaian. Justru melalui wisuda ini, baru menjadi start awal untuk
memulai suatu perlombaan. Waktu kuliah yang kita tempuh selama kurang lebih 4
tahun itu sekedar wahana pelatihan dan karantina, sarana pembekalan serta kawah
candradimuka untuk proses penggemblengan. Kita diberi materi, disodori ilmu ini
dan itu, mencari referensi kasini dan kesitu dan itulah yang kita sebut PART OF
PROCESS. Dalam kenyataannya, terkadang butuh waktu lebih untuk memahami materi
yang disampaikan. Jadi sesekali mahasiswa, ada yang harus mengulang mata
pelajaran yang sama di semester yang berbeda. Itu semua dijalani dengan ikhlas
karena mereka tidak menganggap sebagai beban, justru mereka beranggapan, waktu
mengulang itu sebagai kesempatan. Kesempatan untuk memperbaiki diri, kesempatan
untuk memperdalam materi.
Saat ini kalian telah diwisuda,
saat ini pula kalian sudah harus siap menjalani perlombaan yang sesungguhnya.
Kalian berusaha habis-habisan demi pencapaian yang lebih tinggi. Saat kalian
karantina, saat kalian kuliah, impian sudah pasti kalian punya. Sebagian dari
kalian mungkin sudah menapaki langkah demi langkah menjemput impian itu, mungkin
juga ada yang belum kesampaian. Atau disaat yang lain sebagian dari mimpi itu
sudah tercapai. Tapi ingat sebagian mimpi yang lain masih butuh kepastian.
Kepastian untuk benar-benar diambil atau dibiarkan. Jangan marah kalau suatu
saat mimpi itu tiba-tiba hilang ditelan waktu. Mereka yang lebih siap itulah
yang sebenarnya telah mengambil jatah itu. Tapi tetap tenang dan positif
thinking, kesempatan masih terbuka lebar meski dengan wajah yang berbeda.
Terkadang kesempatan-kesempatan yang kita temui tersamarkan dengan cukup baik
oleh kesulitan. Secara fisik aja wajah kesulitan itu tampak horror dan
menakutkan tapi dibalik topengnya yang ajaib itu, dia telah menyimpan cukup
banyak peluang dan kesempatan emas. Sebuah kalimat yang yang pernah aku dengar
bahwa kesulitan itu kumpulan dari cuilan kemudahan. Kalau kita mampu memecahkan
dan menemukan cuilan-cuilan tersebut, tak ada kesulitan berarti yang akan kita
temui.
Ini bisa jadi ironi teori dan
praktek. Secara teori itu memang mudah dirincikan, tapi secara kenyataan tidak
begitu adanya, terkadang cukup rumit diaplikasikan. Yaa memang, butuh jam
terbang dan pengalaman untuk membiasakan diri dan bersahabat dengan
kesulitan-kesulitan yang kita temui nanti. Tiap jengkal waktu, setiap saat, tak
jarang kesulitan itu beranak pinak, turun temurun, semakin hari semakin
menggurita, dan kait mengait. Kesulitan seakan cukup halus menemui aktifitas
kita. Dia bahkan “pandai mencubit sambil memeluk”. Kesulitan mampu mencubit
otak fikiran kita tapi dia juga mampu memeluk organ pola pikir kita. Tentunya
tergantung diri kita siap merasakan yang mana. Permukaan yang satu memunculkan
kesulitan sedangkan wajah yang lain menampilkan peluang.
Wisuda adalah simbol keilmuan
yang sudah kita jalankan, entah secara teori referensi, praktek keformalan atau
lebih dari itu, kita telah melampaui aplikasi pemahaman. Batas-batas yang
berhasil kita lalui mengharuskan kita dibaiat atau setidak-tidaknya diakui
bahwa kita telah lulus menjalani aktifitas yang dibebankan atau
sekurang-kuangnya diembankan. Dengan demikian tanggugjawab moral profesi bagi
wisudawan meningkat satu strata. Cukup kagum aku meliha kawan-kawan yang dengan
susah payah merebut, meraih dan mengejar impian yang cukup lama didambakan. Aku
dulu juga pernah mengalami aktifitas yang sama. Bahkan aku cenderung lebih letih
untuk mengejar impian itu. Kalau kawan-kawanku harus dengan bersusah payah
mengejar S.Si nya, jauh dari itu, aku harus meronta-ronta untuk mendapatkannya.
Kalau dulu teman-teman saya dengan semangat berlari mengejarnya, aku berjalan
tertatih-tatih untuk menggapainya. Bukan karena tidak ada semangat seperti yang
mereka tunjukkan tapi kaki ini cukup berat mengemban tanggung jawab keilmuan.
Dulu aku takut menjadi orang yang kurang bertanggungjawab atas ijazah yang
diberikan. Tapi aku mencoba sedikit demi sedikit berjalan selangkah demi
selangkah, perlahan-lahan namun tepat sasaran aku ingin memberikan pembuktian.
Bahwa tidak sia-sia Institusiku melahirkan diriku, aku mencoba memberi
pembuktian bahwa tidak mubadzir negaraku turut andil mengurangi beban pendidikanku,
tidak percuma rakyat dengan tulus memelototi tingkah dan peran fungsiku. Bisa
jadi dalam waktu dekat ini pembuktian itu aku beri, bisa juga tidak dalam
jangka pendek ini. Yang jelas aku berfikir bahwa setiap orang akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang telah dianugerahkan termasuk ilmu
pengetahuan, maka dari itu secepatnya aku mempertanggungjawabkannya dan
menunggu tanggungjawab yang lainnya untuk bisa aku panggul lebih jauh lagi.
Selamat buat para Wisudawan,
khususnya buat arek-arek Kimia F-MIPA ITS, baik yang sudah lama diwisuda atau
yang baru lulus 105. Tetap semangat mengarungi kelanjutan cerita hidup.
Kalaupun ditengah jalan kita temui kegagalan-kegagalan, semoga tidak kita
jadikan ia sebagai batu sandungan yang harus selalu kita ratapi, tapi semoga
kita semua mampu menjadikan bantu loncatan untuk kembali berlari lebih jauh
lagi. Senang sekali pernah kenal dengan kalian. Bangga sekali bisa diskusi dan
bertukar ilmu dengan kalian. Semoga kedepan saat kita dipertemukan ditengah persimpangan
jalan, kita tetap ingat dan selalu bertegur sapa, agar ketulusan
bersilaturrahmi tetap utuh, terjaga, dan terpelihara dalam memori dan dimensi
semasa. Mungkin itu, Selamat jalan, selamat berkarya, selamat menjemput impian,
semoga Sukses, Semoga bermanfaat, dan
semoga selalu diberi kemudahan.
--------------- MLNG,
26 September 2012, 18.00 WIB---------------
Selamat dan Tetap semangat ^^
BalasHapusiso comment ngunu lho jare ndak iso,,, ^^
BalasHapusganti aq seng ndak iso comment ndek kupu-kupu menulis