Rabu, 26 September 2012

WISUDA : Wiiiiiih Sesuatu Banget Dah!


Ku ucapkan 2 kalimat untuk kalian semua “selamat dan tetap semangat”. “Selamat” karena kalian telah lulus selama masa pelatihan, “Tetap semangat” karena sebentar lagi kalian akan memulai pertandingan yang sesungguhnya dan perlombaan yang lebih nyata. Tetap optimis, jangan pesimis, hadapi dan jalani. Semoga suatu saat kita kembali dipertemukan dalam lingkaran keberhasilan yang tak berujung.


                Hari Minggu 23 September 2012, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebagai salah satu institusi pendidikan terbaik di Jawa Timur bahkan di Indonesia tengah mengadakan resepsi penganugerahan gelar keilmuan yang ke 105 kepada para mantan Mahasiswanya. Yaaa, Mantan mahasiwa, karena per hari ini setelah diwisuda, status mereka bukan lagi mahasiswa. Nama mereka pun sedikit lebih panjang karena 2-3 huruf sebagai gelar tambahan dibelakangnya. Inilah penantian panjang selama kurang lebih 4 tahun. Waktu yang cukup lama saat dulu dijalani, tapi menjadi waktu yang relative cepat kalau saat ini direnungi. Setahun yang lalu aku juga pernah mengalami hal serupa. Saat wisuda 103. Memakai toga dipadu dengan busana wisuda, kombinasi yang terlihat cukup mempesona. Berkumpul bersama di Graha ITS sebuah ruangan yang luas nan megah, bertahan menanti selember Ijazah. Satu persatu Mahasiswa dipanggil maju kedepan, optimis, anggun menatap penuh kewibawaan. Kami diarak keliling kampus meski hanya dengan menaiki kereta odong-odong. Tampak wajah adik-adik kelas kami tersenyum bahagia, dan ikut merasa senang. Entah mereka bahagia karena kami berhasil lulus kuliah atau kebahagiaan mereka lebih karena kami semua segera sirna, Hehehehehe.

Bagiku dulu, Wisuda itu, wiiiih sesuatu banget dah. Wisuda menjadi puncak ceremony paling indah dan nuansa paling istimewa. Diarak kemana-mana, disambut dengan begitu meriah, dijemput dengan rombongan senyum penuh tawa. Aaah pokoknya menyenangk`n lah…. Tetapi saat ini setelah dipikir-pikir lagi, Masa wisuda adalah masa setengah – setengah. Setengah bahagia setengahnya lagi memendam duka. Setengah senang, setengah lagi remang-remang. Setengah percaya setengahnya lagi penuh tanda tanya. Yaa itulah renunganku, bahagia karena pada akhirnya aku bisa lulus kuliah, berduka karena “sangu” keilmuanku belum cukup matang untuk dijadikan sebagai bekal melangkah. Senang saat aku menerima gelar keilmuan, remang-remang karena masih bingung mengaktualisasikan pengetahuan. Setengah percaya dan optimis kalau aku mampu menyelesaikan gelar S1, setengah tanda tanya karena masih ragu, apakah aku benar-benar punya mutu. Saat ini cukup banyak orang yang menyandang sederet gelar dibelakang namanya tapi cukup sulit memastikan kualitas seseorang dari gelarnya. Itu kalau menurutku. Maka dari itu diawal tulisan ini sedikit aku singgung, bahwa sebenanya ucapan selamat saja tidaklah cukup, maka dari itu aku tambahkan ucapan tetap semangat. Tetap semangat menjalani actor yang akan memerankan skenario drama yang sesungguhnya. Tapi semua orang sudah pasti punya tujuan, yang mana wisuda adalah gerbang awal untuk melanjutkan perjalanan.

Wisuda bukanlah batas akhir sebuah pencapaian. Justru melalui wisuda ini, baru menjadi start awal untuk memulai suatu perlombaan. Waktu kuliah yang kita tempuh selama kurang lebih 4 tahun itu sekedar wahana pelatihan dan karantina, sarana pembekalan serta kawah candradimuka untuk proses penggemblengan. Kita diberi materi, disodori ilmu ini dan itu, mencari referensi kasini dan kesitu dan itulah yang kita sebut PART OF PROCESS. Dalam kenyataannya, terkadang butuh waktu lebih untuk memahami materi yang disampaikan. Jadi sesekali mahasiswa, ada yang harus mengulang mata pelajaran yang sama di semester yang berbeda. Itu semua dijalani dengan ikhlas karena mereka tidak menganggap sebagai beban, justru mereka beranggapan, waktu mengulang itu sebagai kesempatan. Kesempatan untuk memperbaiki diri, kesempatan untuk memperdalam materi.

Saat ini kalian telah diwisuda, saat ini pula kalian sudah harus siap menjalani perlombaan yang sesungguhnya. Kalian berusaha habis-habisan demi pencapaian yang lebih tinggi. Saat kalian karantina, saat kalian kuliah, impian sudah pasti kalian punya. Sebagian dari kalian mungkin sudah menapaki langkah demi langkah menjemput impian itu, mungkin juga ada yang belum kesampaian. Atau disaat yang lain sebagian dari mimpi itu sudah tercapai. Tapi ingat sebagian mimpi yang lain masih butuh kepastian. Kepastian untuk benar-benar diambil atau dibiarkan. Jangan marah kalau suatu saat mimpi itu tiba-tiba hilang ditelan waktu. Mereka yang lebih siap itulah yang sebenarnya telah mengambil jatah itu. Tapi tetap tenang dan positif thinking, kesempatan masih terbuka lebar meski dengan wajah yang berbeda. Terkadang kesempatan-kesempatan yang kita temui tersamarkan dengan cukup baik oleh kesulitan. Secara fisik aja wajah kesulitan itu tampak horror dan menakutkan tapi dibalik topengnya yang ajaib itu, dia telah menyimpan cukup banyak peluang dan kesempatan emas. Sebuah kalimat yang yang pernah aku dengar bahwa kesulitan itu kumpulan dari cuilan kemudahan. Kalau kita mampu memecahkan dan menemukan cuilan-cuilan tersebut, tak ada kesulitan berarti yang akan kita temui.
 
Ini bisa jadi ironi teori dan praktek. Secara teori itu memang mudah dirincikan, tapi secara kenyataan tidak begitu adanya, terkadang cukup rumit diaplikasikan. Yaa memang, butuh jam terbang dan pengalaman untuk membiasakan diri dan bersahabat dengan kesulitan-kesulitan yang kita temui nanti. Tiap jengkal waktu, setiap saat, tak jarang kesulitan itu beranak pinak, turun temurun, semakin hari semakin menggurita, dan kait mengait. Kesulitan seakan cukup halus menemui aktifitas kita. Dia bahkan “pandai mencubit sambil memeluk”. Kesulitan mampu mencubit otak fikiran kita tapi dia juga mampu memeluk organ pola pikir kita. Tentunya tergantung diri kita siap merasakan yang mana. Permukaan yang satu memunculkan kesulitan sedangkan wajah yang lain menampilkan peluang.

Wisuda adalah simbol keilmuan yang sudah kita jalankan, entah secara teori referensi, praktek keformalan atau lebih dari itu, kita telah melampaui aplikasi pemahaman. Batas-batas yang berhasil kita lalui mengharuskan kita dibaiat atau setidak-tidaknya diakui bahwa kita telah lulus menjalani aktifitas yang dibebankan atau sekurang-kuangnya diembankan. Dengan demikian tanggugjawab moral profesi bagi wisudawan meningkat satu strata. Cukup kagum aku meliha kawan-kawan yang dengan susah payah merebut, meraih dan mengejar impian yang cukup lama didambakan. Aku dulu juga pernah mengalami aktifitas yang sama. Bahkan aku cenderung lebih letih untuk mengejar impian itu. Kalau kawan-kawanku harus dengan bersusah payah mengejar S.Si nya, jauh dari itu, aku harus meronta-ronta untuk mendapatkannya. Kalau dulu teman-teman saya dengan semangat berlari mengejarnya, aku berjalan tertatih-tatih untuk menggapainya. Bukan karena tidak ada semangat seperti yang mereka tunjukkan tapi kaki ini cukup berat mengemban tanggung jawab keilmuan. Dulu aku takut menjadi orang yang kurang bertanggungjawab atas ijazah yang diberikan. Tapi aku mencoba sedikit demi sedikit berjalan selangkah demi selangkah, perlahan-lahan namun tepat sasaran aku ingin memberikan pembuktian. Bahwa tidak sia-sia Institusiku melahirkan diriku, aku mencoba memberi pembuktian bahwa tidak mubadzir negaraku turut andil mengurangi beban pendidikanku, tidak percuma rakyat dengan tulus memelototi tingkah dan peran fungsiku. Bisa jadi dalam waktu dekat ini pembuktian itu aku beri, bisa juga tidak dalam jangka pendek ini. Yang jelas aku berfikir bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang telah dianugerahkan termasuk ilmu pengetahuan, maka dari itu secepatnya aku mempertanggungjawabkannya dan menunggu tanggungjawab yang lainnya untuk bisa aku panggul lebih jauh lagi.

Selamat buat para Wisudawan, khususnya buat arek-arek Kimia F-MIPA ITS, baik yang sudah lama diwisuda atau yang baru lulus 105. Tetap semangat mengarungi kelanjutan cerita hidup. Kalaupun ditengah jalan kita temui kegagalan-kegagalan, semoga tidak kita jadikan ia sebagai batu sandungan yang harus selalu kita ratapi, tapi semoga kita semua mampu menjadikan bantu loncatan untuk kembali berlari lebih jauh lagi. Senang sekali pernah kenal dengan kalian. Bangga sekali bisa diskusi dan bertukar ilmu dengan kalian. Semoga kedepan saat kita dipertemukan ditengah persimpangan jalan, kita tetap ingat dan selalu bertegur sapa, agar ketulusan bersilaturrahmi tetap utuh, terjaga, dan terpelihara dalam memori dan dimensi semasa. Mungkin itu, Selamat jalan, selamat berkarya, selamat menjemput impian, semoga Sukses, Semoga bermanfaat,  dan semoga selalu diberi kemudahan.

--------------- MLNG, 26 September 2012, 18.00 WIB---------------

2 komentar:

  1. Selamat dan Tetap semangat ^^

    BalasHapus
  2. iso comment ngunu lho jare ndak iso,,, ^^

    ganti aq seng ndak iso comment ndek kupu-kupu menulis

    BalasHapus

Thanks...