Selasa, 19 Juni 2012

KETIKA SARUNG SEDANG MEMBERI PELAJARAN


Tak sengaja tulisan ini muncul ketika aku melihat kick andy spesial bersama Bpk. Dahlan Iskan. Acara talkshow tersebut dimulai dengan membahas buku berjudul “SEPATU DAHLAN”. Buku yang menurutku sangat inspiratif, kebetulan buku itu telah aku miliki beberapa minggu sebelum acara kick andy membahasnya. Aku orang yang bisa dikatakan ngefans sama bapak Dahlan, selain dari pemikiran beliau yang terkenal out of the box, atau dari kesederhanaannya, beliau juga pernah mengenyam pendidikan di sebuah gubuk pesantren, sama seperti background pendidikan MTS dan MA yang aku jalani, bedanya adalah dari lembaga yang mendidik, Hheehehe. Jadi background pesantren itulah yang mempertemukan kekagumanku pada beliau. Wah prolog yang bener2 out box dari judul,,, hehehee.


Saat acara kick andy, sang host Bpk Andy F. Noya membuka satu kotak yang berisi sarung. Dimana sarung menjadi saksi sejarah yang amat penting dalam kehidupan Mentri BUMN ini (Bpk. Dahlan Iskan). Maklum saja karena masa kecilnya hampir tak bisa dilepaskan dengan kata sarung. Bpk Dahlan mengakui, Dahulu sarung memiliki multifungsi, selain sebagai fungsi utama untuk sholat, sarung juga berfungsi sebagai selimut, sarung juga bisa digunakan untuk membawa berkat (jajanan setelah tahlil atau pengajian) dll. Maklum waktu kecil beliau memiliki sarung dengan jumlah yang amat minim.Nah, kalau Bpk Dahlan Iskan memiliki cerita unik terkait multifungsi sarung, aku juga memiliki arti penting sarung, tapi dari sudut pemaknaan yang berbeda. Aku mencoba membahas sarung dari segi sifatnya. Ok, dari sini kita mulai menginjak pada bahasan yang sesuai.


Judul tersebut telah berhasil membawaku kembali bernostalgia dengan memory 4-5 tahun yang lalu, memory yang sedang terninabobokkan oleh rutinitas aktifitas. Yaa, memorry saat aku berada dan bertempat tinggal diruang lingkup pesantren. Sebagai seorang santri, pasti segala bentuk aktifitas yang aku jalani tidak bisa dilepaskan dari yang namanya sarung. Tidak hanya aku, semua orang yang menamakan diri seorang santri tentu melakukan hal yang sama. Sarung seakan menjadi busana wajib bagi para pelajar dipesantren. Kalau orang awam memiliki mode dalam berbusana, tak kalah menariknya dengan seorang santri, Santri memiliki bermacam-macam mode dalam pemakaian sarung. Itulah kelebihan dari sifat sarung itu sendiri yang akan kita bahas disini. Sarung sudah menjadi kebutuhan pokok seorang santri, kalau seragam sekolah, mungkin seorang santri hanya memiliki maksimal 3 potong saja, tapi kalau sudah menyangkut sarung setidak-tidaknya setiap santri memilik 5-7 buah sarung (ini berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan data ataupun survey, hhehehe). Sarung memang sangat kental dengan 2 dunia, dunia Pesantren dan dunia zaman dulu alias jadul.


Waktu aku nyantri, aku pernah mendengar guyonan seorang Ustadz tentang sarung ini. Beliau mengatakan bahwa sarung itu memiliki 3 sifat yang bisa mengalahkan mode busana diluar. Karena penasaran kuikuti saja alur cerita yang beliau sampaikan. Kemudian sang Ustadz melanjutkan 3 sifat tersebut, pertama isis, praktis dan dinamis. Spontan semua yang mendengar tertawa cukup lebar mendengar jawaban Ustadz waktu itu. Aku juga tak kuasa menahan tawa. Waktu itu guyonan ini sebatas aku biarkan menjadi angin lalu. Tapi setelah sekian lama guyonan itu berlalu, saat ini aku mulai mencoba memfilosofikan dalam kehidupan ini, khususnya dalam komunikasi sosial, hadeeeh apa lagi ini. Yaa, bagiku tiga sifat sarung ini bisa direlevansikan dalam dunia komunikasi, lebih jauh kita bisa mengaktualisasikan dalam kehidupan bersosialisasi. Dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya soal komunikasi, tetapi sikap juga harus diperhatikan. Maka dari itu mari kita belajar dari pribadi SARUNG.


1. ISIS

Isis??? bagiku sulit menerjemahkan kata isis ini, karena dalam kamus pun tidak bisa terdeteksi maknanya. Isis ini kental dengan bahasa jawa, khususnya jawa timur. Makna yang mendekati kata isis ini adalah “sejuk”, tetapi sejuk belum bisa 100% mewakili kata isis ini. Tapi sebagai interpretasi pendekatan makna, bolehlah kita menggunakan istilah sejuk ini. Filosofinya adalah dalam setiap perlakuan alangkah enjoy dan senangnya ketika kita bersikap sejuk (isis), tidak terlalu dingin ataupun tidak terlalu panas. Kalau seseorang dalam kondisi terlalu dingin atau bisa diartikan terlalu enjoy terkadang orang lambat dalam mengambil keputusan, sering ditunda-tunda, malas dsb (biasanya!!! ini juga tidak bisa disimpulkan benar), tapi jika orang dalam kondisi terlalu panas, orang cepat emosi, mudah marah, dia akan aktif bergerak tapi jarang dengan pertimbangan yang tenang dan matang. Jadi kondisi yang sangat menyenangkan adalah pada kondisi yang sejuk (isis). Pada kondisi ini orang bisa menikmati ketenangan dalam lingkungan sekitarnya, jadi ketika kondisi yang isis ini bisa dimanfaatkan untuk berfikir atau merenungkan sebuah ide, maka disitulah probabilitas menemukannya. Seseorang juga akan menemukan momentum yang positif.


2. PRAKTIS

Praktis??? dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), lebih diartikan dengan yang mudah-mudah. Memakai sarung bukan hal yang ribet, sangat mudah digunakan, tidak perlu sesulit memakai kerudung mode. Jelas sekali untuk memfilosofikan sifat yang kedua sarung ini, Praktis. Yaa, hidup ini jalani dengan praktis, simpel, tidak bertele-tele tapi tetap efektif. Hidup ini Mudah tapi jangan mempermudah Hidup. Sesungguhnya tidak ada yang sulit dalam kehidupan ini. Sulit atau mudah itu hanya perkara mindset yang kita timbulkan saja. Maka dari itu saya bisa mengatakan bedanya orang optimis dan pesimis dari sudut pandang menghadapi sesuatu. Orang Pesimis hanya mampu mengatakan: Itu Mungkin tapi sulit, sedangkan Orang Optimis selalu mengatakan: itu sulit tapi mungkin. Dalam kehidupan yang kita lalui setiap hari, sifat praktis ini juga perlu dilatih. Kehidupan pekerjaan misalnya, adanya sifat praktis ini dapat mereduksi waste time yang selama ini kita alami. Dengan meminimalisir waktu yang terbuang maka kita dapat menunjukkan hasil dengan kuantitas sebanyak-banyaknya dan kualitas yang sebaik-naiknya. Tentu dengan segala pertimbangan dan konsep yang jelas sekaligus detail.



3. DINAMIS

Sifat yang ketiga dan terakhir inilah yang melengkapi kedua sifat diatas. Dinamis setidak-tidaknya bisa diartikan dengan “mudah menyesuaikan diri dengan keadaan”. Fleksibel, tidak kaku dsb. Tentu saja, ini sifat sarung yang cukup dominan. Maka dari itu berdasarkan cerita dari bapak Dahlan Iskan ini, sarung memiliki multifungsi. Sifat kedinamisan sarung inilah yang menyebabkan Multifungsi. Hidup ini tidak perlalu terlalu kaku, mengingat kita adalah makhluk sosial, makhluk yang mana satu dengan yang lainnya masih sangat membutuhkan, maka dari itu kita harus fleksibel, mudah bergaul. Seperti sarung, dia bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tentu kita harus melihat dari sisi positifnya. Orang-orang yang ada disekitar kita memiliki karakter dan tingkah yang bermacam-macam. Tentu kita tidak akan pernah bisa mengakomodasi semua perbedaan itu, tapi setidaknya dengan belajar bersikap dinamis, kita bisa bergaul dengan mayoritas orang-orang yang ada disekitar kita, dari situ kita bisa belajar banyak dari orang-orang yang dekat dengan kita.



Jangan hanya melihat segala sesuatu dari fungsinya saja, cobalah sesekali kita menengok, menoleh untuk mempelajari filosofinya. Belajar atau menjemput ilmu tidak hanya didapat diruang formal, dari manapun, kepada siapapun kita bisa ambil ilmunya. Seperti saat ini kita bisa belajar dari pribadi “SEBUAH SARUNG”.



....................Semoga bermanfaat, selamat beristirahat....................





gambar dari : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_0pWGSaR2al1KsGBIQYah-vaereBSmdAzXYdSmpnX3d6rkcu9QOKtThxEGREsui-H62XoDtUt0Zr4WLRoWwpeHD4MWatS0ZT1mhpXaDyNzw5yM0OQDTLBTp-wAl9IPd3anlE83cYOetU/s400/06032009021.jpg

4 komentar:

Thanks...