
Tak sengaja tulisan ini muncul ketika aku melihat kick andy spesial bersama Bpk. Dahlan Iskan. Acara talkshow tersebut dimulai dengan membahas buku berjudul “SEPATU DAHLAN”. Buku yang menurutku sangat inspiratif, kebetulan buku itu telah aku miliki beberapa minggu sebelum acara kick andy membahasnya. Aku orang yang bisa dikatakan ngefans sama bapak Dahlan, selain dari pemikiran beliau yang terkenal out of the box, atau dari kesederhanaannya, beliau juga pernah mengenyam pendidikan di sebuah gubuk pesantren, sama seperti background pendidikan MTS dan MA yang aku jalani, bedanya adalah dari lembaga yang mendidik, Hheehehe. Jadi background pesantren itulah yang mempertemukan kekagumanku pada beliau. Wah prolog yang bener2 out box dari judul,,, hehehee.
Saat acara kick andy, sang host Bpk Andy F. Noya membuka satu kotak yang berisi sarung. Dimana sarung menjadi saksi sejarah yang amat penting dalam kehidupan Mentri BUMN ini (Bpk. Dahlan Iskan). Maklum saja karena masa kecilnya hampir tak bisa dilepaskan dengan kata sarung. Bpk Dahlan mengakui, Dahulu sarung memiliki multifungsi, selain sebagai fungsi utama untuk sholat, sarung juga berfungsi sebagai selimut, sarung juga bisa digunakan untuk membawa berkat (jajanan setelah tahlil atau pengajian) dll. Maklum waktu kecil beliau memiliki sarung dengan jumlah yang amat minim.Nah, kalau Bpk Dahlan Iskan memiliki cerita unik terkait multifungsi sarung, aku juga memiliki arti penting sarung, tapi dari sudut pemaknaan yang berbeda. Aku mencoba membahas sarung dari segi sifatnya. Ok, dari sini kita mulai menginjak pada bahasan yang sesuai.
Judul tersebut telah berhasil membawaku kembali bernostalgia dengan memory 4-5 tahun yang lalu, memory yang sedang terninabobokkan oleh rutinitas aktifitas. Yaa, memorry saat aku berada dan bertempat tinggal diruang lingkup pesantren. Sebagai seorang santri, pasti segala bentuk aktifitas yang aku jalani tidak bisa dilepaskan dari yang namanya sarung. Tidak hanya aku, semua orang yang menamakan diri seorang santri tentu melakukan hal yang sama. Sarung seakan menjadi busana wajib bagi para pelajar dipesantren. Kalau orang awam memiliki mode dalam berbusana, tak kalah menariknya dengan seorang santri, Santri memiliki bermacam-macam mode dalam pemakaian sarung. Itulah kelebihan dari sifat sarung itu sendiri yang akan kita bahas disini. Sarung sudah menjadi kebutuhan pokok seorang santri, kalau seragam sekolah, mungkin seorang santri hanya memiliki maksimal 3 potong saja, tapi kalau sudah menyangkut sarung setidak-tidaknya setiap santri memilik 5-7 buah sarung (ini berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan data ataupun survey, hhehehe). Sarung memang sangat kental dengan 2 dunia, dunia Pesantren dan dunia zaman dulu alias jadul.
Waktu aku nyantri, aku pernah mendengar guyonan seorang Ustadz tentang sarung ini. Beliau mengatakan bahwa sarung itu memiliki 3 sifat yang bisa mengalahkan mode busana diluar. Karena penasaran kuikuti saja alur cerita yang beliau sampaikan. Kemudian sang Ustadz melanjutkan 3 sifat tersebut, pertama isis, praktis dan dinamis.