Jumat, 19 Agustus 2011

Bersahabat Dengan Alang-alang

Saat ini anak-anak jalanan sering menjadi sasaran empuk bagi aparat, atas nama “ketertiban kota”, karena mereka dianggap mengganggu kenyamanan dan ketentraman masyarakat. Anggapan ini seakan menjadi karakteristik terhadap eksistensi anak jalanan. Ada atau tidak adanya mereka, seakan tidak memiliki dampak besar terhadap rantai tatanan sosial ekonomi kemasyarakatan. Dan masih teramat banyak anggapan-anggapan miring lainnya, mungkin ibarat sebuah “alang-alang” yang dianggap seperti sesuatu yang tidak ada manfaatnya dan mengganggu pemandangan saja. Tetapi berbeda lagi jika “hati nurani dan kepedulian” yang menilai, satu sisi kehidupan yang terlupakan akan dimunculkan dengan begitu adil. Alang-alang juga memiliki sisi yang harus dikaji lebih detail lagi untuk mengetahaui betapa “ia” juga punya manfaat.Terlepas dari mereka yang hanya menggantungkan diri ditengah panasnya jalanan kota, mereka juga anak-anak dari bangsa Indonesia yang juga butuh ketenangan, kebahagian, ketentraman, serta keadilan yang merata seperti halnya anak-anak Indonesia lainnya.Keadaan dan keterpaksaan lah yang membuat mereka belum merasakan kemerdekaan.
Ada cerita menarik tentang mereka, alang-alang yang satu ini, menunjukkan sisi positif yang belum banyak orang ketahui. Sebuah perkumpulan yang hampir seluruh personelnya adalah anak-anak jalanan yang bermarkas di belakang terminal joyoboyo. “Sanggar Alang-alang” mungkin itulah yang biasa mereka sebut, tempat mereka tertawa, berkumpul, melepas kepenatan dan apapun itu yang bisa menumbuhkan sense of belonging. Mereka masih bisa berkarya positif diantara hiruk pikuk obraan satpol PP, mereka juga tidak berkecil hati di antara compang-campingnya tata nilai peraturan kota yang belum bisa mengakomodasi kreasi mereka. 15 agustus 2011 menjadi momentum yang sulit dilupakan, tepatnya pada hari senin teman-teman kimia mengadakan buka bersama dengan mereka anak-anak jalanan. Bertempat disanggar alang-alang (belakang terminal joyoboyo), acara dengan tema bertajuk “bersyukur dengan berbagi bersama” berlangsung cukup hangat dengan sebuah kebersamaan tanpa memandang status sosial ekonomi kemasyarakatan. Acara lebih meriah lagi dengan hadirnya 50 generasi cilik yang imut. Mereka berdatangan dengan wajah berseri-seri penuh harap. Momen kebersamaan seperti itulah secara sadar maupun tidak, mengharuskan pada jiwa kita untuk banyak belajar, belajar bersyukur, belajar merasa, belajar memahami dsb. Ditengah hobby kita yang suka mengeluh dengan keadaan yang kita hadapi, seakan tanggungan kita tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka yang sudah diberi beban begitu berat oleh kerasnya aktifitas kehidupan. Yang membuat kita lebih kagum adalah, meski berjuang melawan keadaan, masih ada prestasi yang mereka ukir, prestasi itu tercermin dari banyaknya penghargaan-penghargaan baik berupa piala atau hanya sekedar sertifikat yang terpampang begitu rapi.Kreatifitas itu menjadi lebih nyata dengan adanya penampilan-penampilan musikal yang ditampilkan “tuan rumah”, mereka bisa menyajikan alunan musik dengan resonansi yang berjalan begitu serasi meskipun dengan peralatan seadanya, mulai dari galon air mineral, kaleng, panci, sampai tong plastik dengan pemukul kayu. Kami sadar, apa yang telah kita lakukan tidak akan mengubah nasib mereka secara spesifik, tapi setidaknya kedatangan kita bisa menumbuhkan semangat berkarya mereka yang terkadang mulai meluntur.Akhirnya, terimakasih kami ucapkan kepada siapa saja atas segala dukungan yang diberikan baik berupa material maupun non material, semoga menjadi bermanfaat baik bagi kita maupun mereka, sukses selalu buat kita semua,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks...