Kamis, 18 November 2010

Album Klantink - Musibah lirik


gambar diunggah dari "http://amardisini.files.wordpress.com/2010/11/menangis.jpeg"

Musibah kini menimpa lagi
Melanda negri ini
Puluhan jiwa melayang pergi
Akibat wedhus gembel datang lagi
Kota jogja,
Nama tempat peristiwa
Desa seleman,
Menjadi saksi yang nyata
Mayat-mayatnya
Pada bergelimpangan
Ini salah siapa
Ini dosa siapa
Mungkinkah Tuhan memurkai kita
Atas segala perbuatan kita
………………………………………………….

Awan berarah, Menyelimuti bumi
Ibu pertiwi, Menangis sedih
Tragedy…
Dikota padang
Tragedy….
Di pulau mentawai
Ratusan saudaraku jiwanya pun melayang
Akibat gempa bumi
Akibat gelombang tsunami
………………………………………………………
Darah bersimpah
Jiwapun melayang
Selamat jalan
Wahai saudaraku
Damailah…
Engkau anak negeri
Ciptakan….
Tempat perdamaian
Satukan tujuan
Demi cita-cita
Bangunlah kembali Indonesia
Satukan tujuan demi cita-cita
Bangunlah kembali indonesia

Damainya malam itu…


Waktu itu menunjukkan pergantian hari, jam dinding tepat pukul 00.00 tapi mata masih belum bisa terpejam, entah apa yang membuatku merebahkan tubuh diatas kasur dengan tatapan hampa tak bermakna. meski saat itu otak harus beristirahat, tapi aku memaksanya untuk terus bekerja dengan pekerjaan yang tak begitu jelas. Mencari sesuatu yang mengganggu waktu pulasku. Satu jam telah berlalu hari pun memasuki tanggal baru, lebih tepatnya 16 november atau 9 dzulhijjah. Meski malam menjadi rutinitas penutup dahaga, tapi aku merasa tak begitu istimewa. Aku belum menemukan cara yang bisa membuatku memejamkan mata minimal untuk melepas kelelahan dan kejenuhan di pagi sampai sore hariku. Lama berkutik dengan angan itu, sepintas aku teringat kata-kata dari seorang kawan, kata yang juga aku tulis dalam salah atu content blog pribadi. Kata itu adalah “ jangan korbankan dirimu untuk fokus pada masalah tapi maksimalkan dirimu untuk fokus pada solusi”. Detik itu juga hati sedikit lega dan senyum kecil mulai aku keluarkan. Ya,,, ternyata selama hampir kurang lebih 2 jam aku hanya memfokuskan diri pada masalah, dilain sisi masalah serasa begitu menumpuk dan diri tak kuasa memilih serta memilah problem mana yang harus aku selesaikan terlebih dahulu. Perlahan aku tata rapi problem-problem itu di tepian otak kiri, dan sementara waktu mengalihkan fokus. Pelan-pelan fokus itu aku alihkan untuk menjemput solusi yang tersembunyi begitu dalam.
Dan aku telah menemukan solusinya….
Aku beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kaki menujukamar mandi, sekedar mengambil air toohirun mutohhir alias air suci yang aku gunakan untuk bersuci ( wudhu ). Kubentangkan alas bergambar kakbah yang kusebut itu sajadah. Ingatanku membangunkan memory silam yang telah terninabobokkan, memory waktu aku menghabiskan kebahagiaan dipesantren yang luar biasa. Rutinitas religi di malam hari senantiasa mengawali hari yang baru. Setelah sekian lama kebiasaan itu terpendam teramat dalam, aku tetap berusaha menggali. Meski tak seutuhnya aku temukan minimal secercah harapan sedikit muncul. Aku mulai melakukan relasi vertikal dengan sang adi qodrati, aku memang tak mampu berkomunikasi dengan baik tapi minimal aku merasakan kedamaian di kesunyian malam. Malam yang begitu gelap aku duduk bersila mencoba menenangkan diri hanya untuk pasrah. Ku tarik nafas yang begitu dalam dan aku merasakan nikmat yang begitu besar, ya… SIM (Surat Izin Menghirup udara) ku masih diperpanjang. Aku tak kuasa membayangkan bagaimana kalau sampai pada tarikan panjang helaian nafasku tiba-tiba dihentikan oleh malaikat maut… Teima kasih Tuhan.
Ketenangan serta kedamaian itu masih sedikit kurasa. Aku belum bisa total melepaskan problem yang membelenggu pikiranku. Tapi aku tetap berusaha, ku tarik lagi nafas yang dalam sambil kupejamkan mata yang mulai sayup. Tak lupa ku coba membayangkan nikmat-nikmat Tuhan lainya yang masih dianugrahkan kepada insane lemah tak berdaya ini. Sungguh tak mampu bahkan tak bisa aku membayangkan kenikmatan yang begitu besar tiada tara. Setengah sadar bibir ini bermunajat, memohon agar problem yang mengganggu pikiran serta kemudahan mendapatkan solusi ditampakkan padaku. Lama aku berdiam diri melakukan meditasi sederhana, aku mulai merasakan tenangnya jiwa diselasa dini hari, saat itu juga aku tak kuasa menahan mata yang hampir meredup. Kuputuskan untuk menyudahi travel malam ku. Aku pun beranjak dari tempat itu, dan aku masih bisa merasakan sunyinya malam bisa menenangkan jiwa serta pikiran yang telah lelah bekerja selama hampir satu hari. Dan aku merebahkan punggung dilautan kapuk dengan bibir tersenyum sambil perlahan aku berkata Terima kasih Tuhan Kau telah tunjukkan “damainya malam itu”.

Thanks...