
Kehidupan lebih banyak dialami dijalanan, pelajaran paling nyata ada dijalanan, pengalaman yang bernilai itu saat kita melakukan perjalanan. Dijalan, bukan teoritis yang kita hadapi, tapi soal realistis yang banyak kita temui, jalanan bukan dunia perencanaan, jalanan adalah dimensi nyata dalam kehidupan. Banyak hal yang bisa dihikmahi, banyak ilmu yang mampu kita tadabburi, seabreg wacana yang kita pelajari, banyak katagori yang kita temui.
Orang2 berkumpul, bergaul, tanpa tebeng aling-aling. Mereka berdiskusi, sharing informasi, membicarakan masalah dan menemukan solusi. Kalangan Mahasiswa biasanya paling demen diwarkop ngelakuin hal semacam ini. Diwarung kopi misalnya, tak jarang ide tercetus, informasi berhembus, kemesraan tanpa putus, kesedihan tergerus, kesumpekan terhunus. Jalanan tempat paling fresh melepas penat, itu menurut sudut pandangku.
Banyak hal yang bisa kita jadikan "dirosah" (pelajaran), untuk lebih introspeksi, mawas diri, mengutak-atik jati diri menuju pencapaian yang murni, serta mendekatkan diri pada kehangatan sosial yang hakiki. Maksudnya? Dijalanan, kenyataan yang akan kita hadapi tidak 100% sama dengan bangku teori. Kau temukan kebahagiaan saat kau rela berbagi, kau dapatkan kesulitan saat kau keras kepala mementingkan "nafsu" sendiri.
Bagi saya, kehidupan dijalanan terasa lucu, kita akan menumukan banyak hal diluar nalar, tapi akan menjadi semakin "cetaarr" jika kita pintar dalam menakar. Sesuatu tidak mampu dilogika, dihitung dengan integrasi matematika, apalagi dengan rumus reaksi kimia, tapi justru akan membuat anda semakin membahana. Jadi jalanan akan membuat anda semakin cetar membahana. Tentunya jika anda mau menyelami dan menikmati sajian hangat hidup ini. Yang bisa kita temukan dijalan bukanlah identitas teorinya, tetapi substansi dan filosofi ilmunya. Bagiku, pengetahuan akan menjadi "kemandulan ilmu" jika tidak dibarengi oleh aktualisasi kemaslahatan bersama. "Pengetahuan" juga akan menjadi sekedar genangan buntu, yang akan semakin keruh jika tidak dialirkan menjadi arus kemanfaatan. Keilmuan lebih dihargai karena dengan ilmunya dia mampu mengurangi kemudharatan, sebaliknya, setinggi apapun ilmunya, ketika tidak dibarengi oleh kesadaran berbagi akan menjadi percuma dan sia-sia. Aktualisasi dan realisasi ada ditengah-tengah kehidupan jalanan (nyata).
Tentu saja, ilmu tidak hanya tentang matematika, kimia, akutansi, ekonomi dll. Kita juga akan menemukan ilmu dengan cara mencermati, mengamati, membaca sekeliling.
Banyak sekali kenyataan hidup yang aku dalami dijalanan, ku temukan "ketabahan" melalui seorang kakek pengayuh becak yang setia dengan kewajibannya ditengah dingin malam. Ku dapatkan "kesabaran" lewat seorang nenek tua yang berjalan ditengah gelap sepi, sambil membawa karung memunguti sampah yang berserakan. Ku jumpai "ketangguhan" lewat seorang kakek renta yang memanggul dagangan puyuh meski waktu menunjukkan 00.30 WIB. Aku dihadapkan pada "kepasrahan" lewat pandangan kosong seorang nenek yang terduduk melamun didepan lapak yang kosong, disamping 3 orang lainya tertidur disepanjang trotoar. Ku temukan "syukur" saat ku jumpai kesederhanaan orang-orang di sepanjang jalan yang aku lalui. Tak sedikitpun mereka mengutuk keadaan, tak terlihat wajah mengumpat kegelapan, tak sedikitpun tampak raut muka keputus asa an, yang ada hanya ketabahan, yang terpancar hanya ketulusan, yang tergambar adalah rasa syukur yang berkepanjangan. Meskipun aku tak tahu, apakah ketulusan dan ketabahan yang ia tampilkan hanya sebuah kamuflase yang ia samarkan didalam lubuk jiwa ketidakberdayaan. Wallahu a'lam.
By : Hamzah Guna W----- linchips '07
(Terinspirasi oleh perjalanan malam, 01 Desember 2012, 00.00 WIB),
GAMBAR : http://pandasurya.files.wordpress.com/2008/11/nenek-moyang.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar